Oleh : Eli Tohonan Tua Pane, M.Pd.
Seminar Internasional PAUD dan Pendidikan Keluarga pada tahun 2019 ini mengangkat tema “Beyond Access and Participation: Improving Quality of Early Childhood Education Education and Parenting as a Medium to Achieve Sustainable Development Goals 2030”. Tema terkait lebih jauh tentang akses dan partisipasi dalam meningkatkan kualitas PAUD dan Pendidikan Keluarga sebagai media dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 tersebut dipilih karena mengingat tantangan pendidikan di abad ke-21 yang semakin berat. Hal ini meniscayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Seminar dilaksanakan di Hotel Millenium, Jakarta dari tanggal 4-7 November 2019 diikuti sekitar 500 orang peserta dari beberapa negara seperti Timor Leste, Malaysia, Pilipina, Korea Selatan, Amerika, Jepang, Kamboja, Perancis, dan Australia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam sambutannya yang dibacakan Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas, Harris Iskandar, Ph.D., mengatakan bahwa PAUD dan Pendidikan Keluarga memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan anak. Banyaknya bukti hasil penelitian di bidang psikologi, neuroscince, dan pendidikan yang menyimpulkan bahwa rangsangan pendidikan awal pada anak sejak dalam kandungan hingga akhir masa usia dini (6-8 tahun), akan berdampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak, bukan kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan hidup. Dalam kaitan ini, peran keluarga dan Satuan Pendidikan penyelenggara PAUD menjadi sangat penting, apalagi tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia terkait dengan potensi tumbuh-kembang anak masih cukup berat. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih sekitar 7%, imunisasi tidak lengkap 41%, tidak memperoleh ASI ekslusif lengkap 48%, cacingan 28%, dan stunting 30,8% (SDKI, 2017 dan sumber lain). Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran orang tua dalam pengasuhan anak. Hal ini membutuhkan program yang konvergen, bersama kementerian dan lembaga terkait. Indonesia telah memiliki payung hukum untuk pelaksanaan ini, yaitu Peraturan Presiden No. 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Melalui Inpres tersebut, saat ini Pemerintah sedang menggalakkan program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai upaya pencegahan dan penurunan stunting. Program ini melibatkan kementerian/lembaga terkait, termasuk di dalamnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini sekali lagi menegaskan tentang pentingnya intervensi sumber daya manusia masa depan sejak usia dini, baik melalui PAUD maupun Pendidikan Keluarga. Walaupun pada kasus stunting tidak hanya dialami oleh keluarga miskin, namun dalam banyak kasus gangguan tumbuh-kembang anak, faktor kemiskinan menjadi penyebab utama. Terkait hal tersebut, James Heckman, peraih Nobel bidang ekonomi tahun 2000 menyatakan bahwa investasi pendidikan di usia dini, terutama bagi anak-anak dari keluarga miskin, akan memberikan keuntungan besar di masa mendatang, baik bagi negara, keluarga, maupun individu yang bersangkutan.
Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP-PAUD dan Dikmas) Sumatera Utara pada kegiatan ini mengutus dua orang Pamong Belajar sebagai penyaji dalam seminar internasional tersebut yaitu Bapak Eli Tohonan Tua Pane dengan mengangkat tema “Model Kesiapan Anak PAUD dalam Menghadapi Bencana Gunung Berapi” dan Ibu Hayuni Husni dengan tema “Peningkatan Pelibatan Orang Tua melalui Program Literasi: Best Practice di TK Plus Swasta Darul Ilmi Murni”. BP-PAUD dan Dikmas Sumut juga berperan membuka stand pameran yang dipimpin Kepala Seksi Informasi, Ibu Samaria Pane dibantu ibu Flora. Pada kegiatan seminar ini turut hadir kepala BP-PAUD dan Dikmas Sumatera Utara, ibu Dr. Hj. Ulfa Maria, M.Pd., dan Kasubbag Umum ibu Dra.Suriatanti Supriyadi, M.Si.
Kegiatan seminar internasional ini dirangkai dengan kegiatan malam apresiasi pendidikan keluarga yang dilaksanakan pada hari Rabu 6 November 2019 dan pada kesempatan tersebut, Bapak Haris Iskandar, Ph.D., mengajak para orang tua untuk terus belajar dalam hal pengasuhan yang relevan dengan perkembangan zaman karena pola pengasuhan maupun pendidikan dalam keluarga berperan penting pada kesuksesan anak. Beliau memberi contoh negara Denmark yang merupakan negara terbaik dalam pola pengasuhan anak dimana di negara tersebut bermain bersama anak, termasuk salah satu bagian pendidikan keluarga, terutama pendidikan karakter.