Kelas Orangtua Berbagi: “Pengelolaan Gawai Bagi Anak Usia Dini Untuk Mendukung BDR”

Kelas Orangtua Berbagi: “Pengelolaan Gawai Bagi Anak Usia Dini Untuk Mendukung BDR”

Ditulis oleh: Winna Mardani, M.Pd

Kelas Orangtua berbagi adalah sebuah kelas maya yang diprakarsai untuk menjadi wadah setiap Orangtua saling bertukar pikiran mengenai pengalaman mereka dalam mengasuh dan membimbing anak belajar selama masa belajar dari rumah. Kegiatan ini mulai dilaksanakan setelah Indonesia terkena dampak pandemik covid 19 diawal tahun 2020.

Kelas Orangtua Berbagi kali ini yang merupakan hasil kerjasama Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah  dengan Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat provinsi Sumatera Utara saat ini memasuki sesi yang kedua.

Siapa yang tidak mengenal telephon genggam/handphone, dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya GAWAI. Gawai sangat erat dengan kehidupan kita saat ini, tidak hanya orang dewasa, anak usia dini pun sudah mengenal gawai, terutama masa-masa belajar dari rumah sekarang ini. Gawai membawa peranan penting, disamping itu ada hal negatif yang mengikuti keterlibatan gawai bagi anak usia dini. Melihat hal tersebut, maka pada sesi kedua ini kelas Orangtua berbagi mengangkat tema “Pengelolaan Gawai bagi Anak Usia Dini.”Kegiatan berdurasi dua jam yang dilaksanakan melalui aplikasi zoom meeting dan disiarkan secara langsung di saluran youtube pauddikmas sumutterlaksana pada hari Rabu, tanggal 9 September 2020, mulai pukul 14.00 wib  s.d 16.00 wib. Kegiatan yang dihadiri oleh Orangtua dari seluruh pelosok negeri ini dibuka oleh Bunda Ulfa Maria  selaku Kepala BP PAUD dan Dikmas Sumatera Utara, dalam pembukaannya Bunda Ulfa sangat menekankan bahwa gawai itu adalah sarana belajar bagi anak, Orangtua dan guru harus mendampingi anak dalam menggunakan gawai, jangan sampai peran Orangtua dan guru tergantikan oleh gawai tersebut.

Yang menjadi pembicara dari kelas Orangtua berbagi kali ini adalah dua Orangtua hebat dan seorang Narasumber Ahli yang kesehariannya berkecimpung dalam dunia psikologi anak, remaja dan keluarga. Pembicara pertama kita adalah Ayahanda Irsan Mulyadi, beliau adalah orangtua dari ananda Dimas Arya Mulyadi murid dari Taman Kanak-Kanak IKAL Medan. Dalam diskusi ini Ayah Irsan berbagi mengenai pengalamannya mendampingi Dimas belajar bersama gawainya.

Ayah Irsan mengemukakan bahwa Anak yang lahir diatas tahun 2000 adalah generasi yang sudah terbiasa dengan teknologi dan informasi. Tanpa kita sadari anak sudah mulai mengenal gawai sejak dia lahir, karena Orangtuanya memperkenalkannya dengan benda ajaib tersebut. Walaupun begitu tidak dipungkiri bahwa gawai memberikan anak pengalaman belajar yang menakjubkan, seperti halnya Dimas sang putra yang mengikuti jejak sang ayah mencintai dunia fotografi dari gawainya. Kekahawatiran dari beliau kalau anak terlalu sering menggunakan gawai adalah anak akan sulit bersosialisasi terhadap lingkungan saat bermain tanpa gawai.

Pembicara kita yang kedua adalah Bunda Cut Intan Balqis, Ibunda dari ananda Muhammad Bindan Pratama yang bersekolah di TK Plus Swasta Darul Ilmi Murni Kabupaten Deli Serdang. Topik yang diangkat oleh Bunda Cut adalah Pengelolaan Gawai untuk mendukung belajar dari rumah. Ada beberapa tips yang dibagi oleh beliau dalam kelas kali ini. Pertama, fungsikan gawai sesuai dengan kebutuhan belajar anak, yaitu untuk menerima, mengirim tugas yang diberikan guru, kedua gawai sebagai sarana pembantu belajar anak dalam hal memperoleh informasi, ketiga menciptakan permainan menarik dengan bantuan gawai bukan menjadikan gawai sebagai sarana utama permainannya, keempat selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah tanpa gawai dengan beragam kegiatan yang menarik.

Sangat beruntung kelas Orangtua berbagi kali ini  dihadiri oleh seorang Psikolog sebagai Narasumber Ahli, yaitu Dr Nurussakinah Daulay, M.Psi, Psikolog.  Beliau biasa disapa Mbak Ina. Dalam diskusi ini mbak Ina banyak mengupas tentang perkembangan anak, dan kenapa orangtua diminta bijaksana dalam memperbolehkan anak-anak dirumah menggunakan gawai, karena pada masa 0-8 tahun adalah masa keemasan anak dimana anak akan pertumbuhan otak sampai dengan 90 persen. Pada tahap ini anak memerlukan stimulus yang tepat, sesuai dan menyenangkan agar pertumbuhan dan perkembangan otaknya dapat optimal. Penggunaan gawai yang berlebihan akan mengakibatkan otak anak tidak berkembang sempurna dan anak dikhawatirkan akan mengalami gangguan sosial karena hidup dalam dunianya sendiri. Tips penggunaan gawai yang tepat bagi anak usia dini disingkat mbak Ina dengan 5K. Komunikasi (beri tahu anak manfaat gawai), Kooperatif (jalin kerjasama dengan anak berapa lama waktu bermain anak, dan jalin kerjasama dengan orang dewasa lainnya mengenai waktu bermain gawai), Konsisten (patuhi dan terapkan peraturan yang sudah disepakati bersama), Kesabaran (lebih baik membujuk dan memberikan contoh dari pada memberi hukuman), Kreatifitas (anak bunda ayo ciptakan permainan lain yang menyenangkan).

Kelas ini ditutup dengan sesi tanya jawab. Ada sebuah pertanyaan sederhana yang ditanyakan Orangtua, berapa lama waktu yang diizinkan untuk anak usia dini bermain gawai?. Dengan tegas Mbak Ina menjawab, tidak lebih dari 30 menit. Ayo Ayah dan Bunda, sudahkah kita menerapkannya?….Ingat Orangtua Hebat adalah Orangtua Terlibat.