Merdeka Belajar: Raja Perkata dalam Kamis Budaya

Merdeka Belajar: Raja Perkata dalam Kamis Budaya

Oleh : Ahmad Zainuddin Ujung

SDN No. 036562 Ponjian, Kabupaten Dairi

Apa yang terlintas di benak kita saat mendengar Drakor? Sebuah kata yang akan mengantarkan kita ke kisah romantisme percintaan, boy band, girl band yang berasal dari negeri ginseng Korea Selatan. Sebut saja The World of the Married adalah seri televisi Korea Selatan tahun 2020 yang dibintangi oleh Kim Hee-ae, Park Hae-joon, dan Han So-hee mampu menghipnotis sebagian besar kalangan masyarakat termasuk pelajar remaja.Euforia Drama Korea telah menjadi menu favorit yang dibicarakan oleh sebagian besar remaja pelajar saat ini. Tidak hanya sebagai penikmat serial mereka juga mulai mengadopsi berbagai hal yang berkaitan dengan Korea seperti gaya rambut, cara berpakaian, dan juga beberapa bahasa yang mereka sendiri tidak memahami apa artinya. Demam ala Korea cepat atau lambat akan menggerus pengetahuan dan kecintaan terhadap budaya kita sendiri.  

Dalam dunia yang semakin terhubung secara global, pelestarian budaya lokal telah menjadi prioritas yang semakin mendesak. Globalisasi, dengan segala keuntungan dan tantangannya, sering kali membawa ancaman terhadap keberlangsungan warisan budaya yang unik dan berharga. Untuk mengatasi tantangan ini, muncul konsep inovatif seperti Kurikulum Merdeka. Konsep ini tidak hanya memprioritaskan pendidikan formal, tetapi juga mengakui nilai-nilai dan kearifan lokal sebagai bagian integral dari pembelajaran. Salah satu upaya nyata yang menggambarkan konsep ini adalah melalui implementasi “Kamis Budaya”  yang telah berjalan selama dua tahun di SDN No 036562 Ponjian, Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.

Kamis Budaya bukan hanya sekedar sebuah kegiatan, tetapi juga sebuah pernyataan tentang pentingnya melestarikan dan memperkaya budaya lokal di tengah arus globalisasi yang kuat. Pada hari Kamis setiap minggunya, siswa dan guru di SDN No.036562 Ponjian berkumpul untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tradisional yang mungkin terabaikan dalam kurikulum sekolah yang konvensional. Melalui kegiatan ini para siswa diminta menjadi Raja Perkata untuk mengenalkan  kekayaan budaya mereka sendiri, mulai dari seni, musik, tarian, hingga cerita rakyat, yang membantu mereka mengembangkan rasa kebanggaan akan identitas mereka sendiri. Selain itu, Kamis Budaya juga menjadi platform untuk mempromosikan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka. Komunitas lokal, para sesepuh, dan para ahli budaya sering diundang untuk berbagi pengetahuan mereka dengan siswa dan membimbing mereka dalam memahami arti dan nilai dari tradisi yang mereka anut.

Pendidikan formal seringkali kurang memperhatikan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya. Kurikulum Merdeka hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan pendekatan yang lebih holistik dan beragam dalam pembelajaran. Pendidikan formal seringkali terjebak dalam standar nasional yang cenderung mengabaikan kekayaan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang melekat dalam masyarakat. Dalam konsep ini, tidak hanya pengetahuan akademis yang ditekankan, tetapi juga penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan kearifan lokal yang merupakan aset berharga bagi bangsa ini. Kecakapan dan pengetahuan tentang budaya lokal sudah sangat jarang diketahui oleh para pelajar tidak terkecuali dengan para siswa di SDN 036562 Ponjian. Sebagian besar dari mereka jauh lebih mengetahui judul serial sinetron daripada cerita rakyat atau mereka lebih menghafal gerakan-gerakan boyband daripada tarian tradisional daerah.

Kamis Budaya adalah langkah konkrit dalam menumbuh kembangkan pengetahun dan kecintaan mereka dalam budaya lokal yang begitu kaya dan beragam . Setiap Kamis, siswa diminta untuk berbagi kearifan lokal mereka, baik dalam bentuk dongeng, cerita rakyat, maupun tradisi sosial budaya.

Dalam kegiatan ini, siswa tidak hanya menjadi penggali pengetahuan, tetapi juga pembawa dan pembentuk budaya. Mereka belajar dan menghargai warisan budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas mereka. Secara bergiliran siswa akan menampilkan kemampuan mereka dalam berbagai bentuk kegiatan. Selain menumbuhkan kecintaan mereka terhadap kekayaan budaya yang begitu beragam dengan sendirinya kemampuan mereka berbicara di depan umum  akan semakin terlatih.

Kamis Budaya berhasil menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal di kalangan siswa. Mereka menjadi lebih peka terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam cerita-cerita rakyat dan tradisi lokal. Lebih dari itu, kegiatan ini juga berperan sebagai filter yang memungkinkan mereka menyadari dan menolak pengaruh budaya luar yang berpotensi mengikis moral dan identitas mereka. Konsep Kamis Budaya menjadi sebuah pilihan yang tepat dalam menelurkan siswa yang mampu berbicara dan menceritakan kearifan lokal dan kekayaan budaya lokal yang ada di daerahnya bahkan yang ada di Indonesia secara umum.

Menyelami Kearifan Lokal: Dongeng dan Cerita Rakyat

Dongeng dan cerita rakyat adalah jendela menuju kekayaan budaya suatu bangsa. Dalam setiap Kamis Budaya, siswa diajak untuk mengeksplorasi dan membagikan cerita-cerita tradisional dari berbagai daerah di Nusantara. Melalui kegiatan ini, mereka tidak hanya sekedar mendengarkan cerita, tetapi juga belajar tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Misalnya, dalam dongeng tentang keberanian atau kesederhanaan, siswa dapat merenungkan makna yang lebih dalam tentang bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, ketika mendengarkan dongeng tentang keberanian, siswa tidak hanya sekedar terhibur oleh petualangan pahlawan dalam cerita, tetapi juga diajak untuk merenungkan makna keberanian itu sendiri. Mereka dapat mempertanyakan apa arti sebenarnya dari keberanian, bagaimana keberanian itu dapat diwujudkan dalam berbagai situasi kehidupan, dan bagaimana mereka dapat belajar dari tokoh-tokoh dalam cerita untuk menjadi pribadi yang lebih berani dalam menghadapi tantangan.

Demikian pula, ketika mengikuti cerita tentang kesederhanaan,siswa dapat menggali pemahaman lebih dalam tentang arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Mereka dapat mempertimbangkan bagaimana kesederhanaan dapat membawa kebahagiaan yang sejati, dan bagaimana mereka dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna dan berarti.

Dengan demikian, melalui eksplorasi cerita-cerita tradisional dalam Kamis Budaya, siswa tidak hanya mengembangkan pemahaman mereka akan kekayaan budaya Nusantara, tetapi juga mengasah kemampuan mereka untuk memahami dan mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Ini adalah langkah penting dalam memupuk rasa kebanggaan akan identitas budaya mereka sendiri, sambil juga membuka mata mereka akan keragaman budaya yang ada di sekitar mereka.

Menghidupkan Tradisi Sosial Budaya

Tradisi sosial budaya juga menjadi fokus dalam Kamis Budaya. Siswa diajak untuk memahami dan menghargai berbagai macam tradisi yang ada dalam masyarakat mereka. Mulai dari upacara adat, festival budaya, hingga kegiatan sehari-hari yang mungkin sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Kamis Budaya memainkan peran penting dalam memperkaya pengalaman belajar siswa dengan memperkenalkan mereka pada tradisi sosial dan budaya yang kaya dan beragam. Dalam lingkungan pendidikan, penting untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang berbagai tradisi yang membentuk identitas masyarakat lokal. Mulai dari upacara adat yang sarat makna, festival budaya yang meriah, hingga kegiatan sehari-hari yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Partisipasi siswa dalam acara-acara seperti ini memiliki dampak yang signifikan. Mereka tidak hanya menjadi penonton pasif, melainkan juga aktor yang aktif dalam menjaga dan memelihara warisan budaya. Dengan terlibat secara langsung, siswa belajar untuk menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam setiap tradisi, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam menjaga keberlangsungannya.

Pentingnya Kamis Budaya dalam Konteks Kurikulum Merdeka

Kamis Budaya bukan hanya sekedar kegiatan tambahan di luar kurikulum, tetapi merupakan bagian integral dari Kurikulum Merdeka. Melalui kegiatan ini, pendidikan tidak hanya menjadi proses transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun karakter dan identitas bangsa.

Dengan mengintegrasikan kearifan lokal dan tradisi budaya dalam pembelajaran, Kurikulum Merdeka memastikan bahwa siswa tidak hanya menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya dan identitas bangsa mereka.

Kurikulum Merdeka dan implementasinya dalam Kamis Budaya adalah langkah progresif dalam menjaga dan melestarikan keberagaman budaya di Indonesia. Melalui pembelajaran yang berbasis nilai-nilai lokal, siswa tidak hanya menjadi lebih cerdas secara intelektual, tetapi juga lebih peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Kamis Budaya bukan hanya sekedar kegiatan di sekolah, tetapi juga merupakan bagian dari perjuangan untuk mempertahankan jati diri bangsa di tengah arus globalisasi yang semakin mengglobal. Dengan memperkuat rasa cinta terhadap budaya lokal, kita tidak hanya menjaga warisan nenek moyang, tetapi juga mempersiapkan generasi masa depan yang kuat dan berakar pada nilai-nilai yang membangun.

Secara keseluruhan, Kamis Budaya tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa, tetapi juga berperan sebagai wahana untuk memperkokoh dan memperluas pemahaman mereka tentang warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakat mereka. Dengan demikian, tradisi-tradisi itu tidak hanya diwariskan, tetapi juga dihidupkan kembali dalam kehidupan sehari-hari siswa, menjadikan mereka sebagai agen perubahan positif dalam menjaga keberagaman budaya.

     Catatan  

Raja Perkata: Seorang yang bertugas untuk mengorkestrasikan sebuah upacara adat Pakpak, baik dalam upacara adat kerja mende (sukacita), upacara adat kerja njahat (dukacita) dan upacara adat kerja serupa (ritual sedekah bumi) yang biasa dilaksanakan dalam tradisi adat Pakpak.Raja Perkata juga sering disebut Persinabul

Sumber: https://indonesiakini.go.id/berita/9284002/penjelasan-persinabul-persinabuli-dan-mersinabul-dalam-upacara-adat-pakpak