Oleh : Antony Lavinci
SMA Negeri 1 Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun
Pendidikan adalah pondasi bagi kemajuan dan perkembangan masyarakat. Di era dimana teknologi merajalela di setiap aspek kehidupan, pendidikan juga mengalami transformasi yang signifikan. Teknologi pendidikan, dengan segala inovasi dan kemungkinan yang ditawarkannya, telah menjadi pendorong utama dalam merespons tantangan dan peluang dalam dunia pendidikan modern. Tulisan ini mengundang Anda untuk menjelajahi peran penting teknologi dalam membangun masa depan pendidikan yang lebih inklusif, inovatif, dan relevan. Dari penggunaan perangkat lunak pintar dalam pembelajaran online hingga integrasi realitas virtual dalam ruang kelas, teknologi telah membuka pintu menuju pengalaman belajar yang lebih dinamis dan menarik.
Dalam era digital ini, teknologi pendidikan bukan hanya tentang memperkenalkan alat-alat baru, tetapi juga tentang mengubah cara kita mengajar dan belajar. Ini tentang memberdayakan guru untuk menjadi fasilitator pembelajaran yang menginspirasi, serta memberikan siswa akses ke sumber daya dan pengalaman yang melampaui batasan fisik dan geografis.
Pada usia sekolah dasar perkembangan kognitif peserta didik mulai memasuki tahap operasional formal, dimana pada tahap ini mereka bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu. Adapun karakteristik yang muncul pada peserta didik di tahap ini ditandai dengan cara berpikir yang lebih logis terhadap peristiwa nyata yang terjadi di sekitarnya. Peserta didik juga mulai menggunakan logika induktif, yaitu berupa penalaran terhadap informasi khusus menuju informasi yang lebih kontekstual. Kemampuan kognitif memungkinkan peserta didik untuk memahami kaitan antara ide, proses sebab akibat, pemunculan hipotesis sebagai akibat dari peningkatan keterampilan analitis mereka. Dengan memahami dan mengerti hubungan antara sebab dan akibat dapat mencegah peserta didik membuat keputusan yang salah dan lebih selektif dalam memprioritaskan alternatif solusi. Dalam usaha peningkatan kemampuan kognitif peserta didik, penting bagi pendidik untuk mendesain pembelajaran yang interaktif dan dapat memberdayakan peserta didik dalam proses belajar itu sendiri. Beberapa cara yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik: 1. Aktif mengajak berbicara, 2. Mengenalkan objek-objek konkret, 3. Mengamati dan mengeksplorasi lingkungan serta kejadian yang ada di dalamnya, 4. Menciptakan permainan kreatif, 5. Memanfaatkan buku, puzzle, dan teknologi untuk merangsang minat belajar.
Sebagai salah satu tuntutan pada pendidikan abad 21, pendidikan diharapkan mampu mengakomodir pembelajaran berbasis TPACK ( Technological Pedagogical and Content Knowledge ) yang dinilai mampu mendorong pembentukan pola pikir dan peningkatan kompetensi peserta didik. Mishra dan Koehler (2007:66) mengatakan bahwa TPACK adalah bentuk pengetahuan baru yang melampaui ketiga komponen inti, yaitu ; konten, pedagogi, dan teknologi. Ketiga elemen ini dapat diterjemahkan sebagai integrasi dari penguasaan materi bidang studi sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi pendidik dengan pendekatan pedagogi yang sesuai karakteristik materi serta karakteristik peserta didik dengan pendekatan penggunaan teknologi sebagai media ajar. Hal ini sejalan dengan tuntutan pembelajaran abad 21 dimana penguasaan teknologi menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki oleh pendidik untuk mengakomodir pembelajaran merdeka serta memberikan pengalaman belajar yang bermakna agar peserta didik dapat menemukan konsep pembelajaran itu sendiri dengan proses inkuiri yang dijalaninya.
Keterbatasan ruang kelas dan mahalnya alat praktik seringkali menjadi penyebab gagalnya pembelajaran konkret hadir di kelas. Memanfaatkan kehadiran teknologi dapat menjadi pilihan pengganti untuk menghadirkan pembelajaran konkret di kelas. Salah satu teknologi yang dapat menghadirkan pembelajaran konkret di kelas adalah teknologi virtual reality yang dapat menghadirkan interaksi langsung antara peserta didik dengan konten pelajaran yang disimulasikan menggunakan perangkat teknologi seperti gawai dan kotak VR. Sebagai sebuah media pembelajaran, virtual reality dapat memberikan keuntungan yang baik dalam pembelajaran karena dapat memberikan pengalaman langsung kepada pengguna (user) terhadap benda atau kejadian yang tidak dapat digapai di dunia nyata. Pemanfaatan virtual reality ini juga dapat mendukung simulasi di lingkungan yang aman serta menghindari potensi kecelakaan atas simulasi tersebut. Beberapa manfaat dari penggunaan media ini dalam pembelajaran antara lain; peningkatan emosi positif peserta didik yang merujuk pada peningkatan minat belajar, peningkatan capaian pembelajaran melalui pengalaman belajar yang bermakna, dan peningkatan daya berpikir kritis serta daya analisis peserta didik karena langsung mengalami simulasi pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran berbasis TPACK menggunakan media pembelajaran virtual reality (VR) tidak hanya memaksimalkan penggunaan indra penglihatan saja sebagai kebutuhan belajar visual, namun mengakomodir kebutuhan belajar lainnya baik untuk gaya belajar auditory maupun kinestetik sebagai upaya mengakomodir pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka. Sebagai contoh dalam penggunaannya, peserta didik dapat merasakan sensasi berada di sebuah museum alat musik tradisional dan melihat objek alat musik tradisional yang ada di dalam museum tersebut dalam bentuk tiga dimensi (3D) dari sudut 360˚ saat belajar seni dan kebudayaan nusantara secara nyata dengan virtual reality. Fasilitas yang tersedia dalam teknologi virtual reality memberikan simulasi positif terhadap perkembangan minat belajar, peningkatan pemahaman peserta didik, pemenuhan kebutuhan belajar, dan pada akhirnya meningkatkan capaian dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Teknologi ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif, tetapi juga menghadirkan potensi untuk merevolusi cara kita memahami dan menyampaikan pengetahuan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi manfaat teknologi imersif dalam pendidikan.
1. Pembelajaran yang Lebih Interaktif
Teknologi imersif, seperti realitas virtual (VR), memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsung dalam materi pembelajaran. Mereka tidak lagi hanya menjadi penonton, tetapi menjadi bagian dari pengalaman belajar itu sendiri. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa dapat mengunjungi zaman kuno melalui simulasi VR yang menampilkan situasi dan kondisi sehari-hari pada masa itu sehingga siswa dapat memahami keadaan berdasarkan kondisi yang telah disimulasikan.
2. Simulasi yang Realistis
Teknologi imersif memungkinkan pembuatan simulasi yang sangat realistis dalam berbagai subjek. Misalnya dalam pelajaran sains, siswa dapat melakukan eksperimen virtual di laboratorium tanpa resiko bahaya yang sebenarnya serta dapat melampaui keterbatasan peralatan/ fasilitas yang dimiliki. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep-konsep ilmiah, tetapi juga memperkuat keterampilan praktis siswa yang dapat diperdalam melalui aktifitas berulang.
3. Peningkatan Keterlibatan dan Motivasi
Keterlibatan adalah kunci untuk pembelajaran yang efektif, dan teknologi imersif memberikan tingkat keterlibatan yang tinggi. Siswa cenderung lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka terlibat secara aktif dalam pengalaman pembelajaran yang menarik dan interaktif. Dengan teknologi seperti permainan pembelajaran , siswa dapat mengeksplorasi konten kurikulum dengan cara yang menyenangkan dan menantang serta sesuai dengan kodrat zaman yang mereka miliki.
4. Aksesibilitas yang Lebih Luas
Salah satu keunggulan teknologi imersif adalah kemampuannya untuk menjangkau siswa dari berbagai latar belakang dan kemampuan. Dengan menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras yang sesuai, siswa dapat mengakses pengalaman pembelajaran yang sama, tidak peduli di manapun mereka berada dan kapanpun mereka menggunakannya. Hal ini membuka pintu bagi inklusi dan kesetaraan yang terakomodir dalam pendidikan.
5. Pemecahan Masalah dan Keterampilan Kritis
Teknologi imersif seringkali memerlukan siswa untuk memecahkan masalah dalam lingkungan yang interaktif. Ini mendorong perkembangan keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, dan pemikiran kritis yang penting dalam dunia yang terus berubah. Siswa belajar untuk berpikir di luar kotak dan menemukan solusi untuk tantangan yang kompleks berdasarkan data yang didapatkannya dalam konten pelajaran dan stimulus yang dapat membantunya dalam menemukan alternatif solusi pemecahan masalah.
6. Memperluas Batas-batas Ruang dan Waktu
Dengan teknologi imersif, pembelajaran tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu. Siswa dapat belajar dari mana saja, kapan saja, dan bahkan dalam lingkungan yang sama sekali berbeda. Ini memberikan fleksibilitas yang luar biasa bagi siswa yang memiliki keterbatasan fisik atau geografis sebagai kodrat alam.
Teknologi imersif membawa perubahan besar dalam pendidikan dengan membuka pintu menuju pengalaman pembelajaran yang lebih interaktif, realistis, dan menarik. Dengan memanfaatkan potensi teknologi ini, pendidikan dapat menjadi lebih inklusif, efektif, dan relevan dengan kebutuhan siswa di era digital saat ini. Sebagai pendorong inovasi dalam dunia pendidikan, teknologi imersif menjanjikan masa depan yang cerah di mana pembelajaran tidak lagi terbatas oleh batasan-batasan tradisional yang bersifat konservatif dan tidak menghadirkan pendidikan yang memerdekakan kepada siswa.
Siapakah yang akan memfasilitasi pembelajaran berbasis teknologi seperti virtual reality ini di dalam kelas?, tentu jawabannya adalah guru. Kita tidak bisa menunggu kehadiran penyedia layanan atau pendampingan khusus dari pemerintah dalam mengakomodir pendidikan berbasis TPACK untuk kita gunakan dalam tugas kita sebagai pendidik. Untuk itu guru perlu meningkatkan motivasi belajar dan kompetensinya dalam menjawab tantangan ini. Sebagai manusia yang hidup di era perubahan pesat, guru memang harus adaptif dan membentengi diri dengan kompetensi-kompetensi baru sesuai tuntutan zaman. Secara khusus dalam menghadirkan pembelajaran bermakna di dalam kelas dimana guru perlu memahami dan mengakomidir kebutuhan belajar anak agar anak dapat belajar sesuai dengan kodrat yang dimiliki olehnya. Penerapan pembelajaran berbasis teknologi menjadi salah satu usaha guru dalam mewujudkan pembelajaran yang memerdekakan dan berpusat pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Mishra, P., & Koehler, M. (2007). Technological pedagogical content knowledge (TPCK): Confronting the wicked problems of teaching with technology. In C. Crawford et al.(Eds.), Proceedings of Society for Information Technology and Teacher Education International Conference 2007. (pp. 2214-2226).