PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI KUADRAT

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI KUADRAT

Oleh : Kamila Harahap, M.Pd.

Pengawas Dinas Pendidikan Deli Serdang

Siswa merupakan masa depan bangsa, untuk itu kita harus mampu terus memfasilitasi mereka dalam pembelajarannya. Kita ketahui bahwa siswa sudah terlahir sesuai dengan kodratnya, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kita sebagai guru hanya menebali saja apa yang sudah ada pada diri mereka. Namun kita tidak boleh sembarangan mempertebal apa yang menjadi kodrat mereka. Kita tetap harus melihat dengan baik apa yang menjadi kemampuan mereka karena setiap anak terlahir dengan berbeda-beda kemampuan dan keterampilan dalam dirinya. Untuk itu kita sebagai guru harus mampu memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.

Tidak semua siswa menyukai pelajaran matematika, apalagi matematika dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan. Selain membosankan terkadang siswa juga menganggap matematika sebagai momok yang harus dihindari. Apalagi siswa di SMP Negeri 3 Pantai Labu termasuk masih kategori siswa menengah ke bawah yang masih sangat membutuhkan perhatian dalam setiap pembelajarannya. Banyak siswa yang menganggap materi matematika itu sulit untuk dipahami. Tidak semua siswa dengan mudah memahami materi matematika, apalagi pada materi menggambar fungsi kuadrat, siswa selalu mendapat hasil yang belum sesuai yang diharapkan setiap tahunnya dengan kata lain siswa selalu mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan maksimum (KKM) pada materi tersebut.

Menggambar Fungsi Kuadrat termasuk materi yang bersifat abstrak yang butuh referensi yang tepat dalam pembelajarannya di kelas. Sebelum kegiatan pembelajaran menggambar fungsi kuadrat, guru memberikan tes diagnostik untuk selanjutnya mempersiapkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Tes diagnostik yang dilakukan guru menggunakan materi prasyarat pembelajaran menggambar fungsi kuadrat yaitu materi fungsi linier. Berdasarkan hasil tes diagnostik, tidak semua siswa memiliki kemampuan prasyarat yang sama dalam pembelajaran materi tersebut, untuk itulah dilakukan pembelajaran berdiferensiasi baik itu proses, konten maupun produk.

Menurut Tomlinson (2017) sang ahli, pembelajaran berdiferensiasi sebenarnya merupakan serangkaian keputusan yang masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Dalam pembelajaran diferensiasi kali ini, guru menerapkan alur pembelajaran yang disingkat dengan alur MERDEKA, dengan Langkah-langkah sebagai berikut: Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi dan aksi nyata (diferensiasi proses). Alasan memilih alur ini adalah agar pemenuhan kebutuhan pembelajaran siswa terpenuhi dan pembelajaran pun dilakukan berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran siswa baik di sekolah maupun di rumah. Untuk itu guru mempersiapkan video pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) maupun referensi lainnya yang ada di portal rumah belajar untuk pembelajaran yang akan diberikan (diferensiasi konten). Melalui pembelajaran dengan alur MERDEKA ini pembelajaran dilakukan berpusat kepada siswa. Siswa bisa terpenuhi kebutuhannya sehingga tercapai tujuan pembelajarannya yaitu mampu menggambarkan grafik fungsi kuadrat secara kreatif.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi menerapkan alur MERDEKA ini, tantangan terberat adalah guru harus menganalisis kemampuan prasyarat apa dari setiap materi yang akan dilakukan asesmen diagnostik tersebut. Setelah itu harus melakukan tes diagnostik untuk memetakan siswa sesuai dengan kemampuan awalnya. Sementara tantangan yang berasal dari siswa itu sendiri yaitu setelah terukur hasil asesmen diagnostik tersebut terlihatlah bahwa siswa yang kemampuan prasyaratnya tidak memenuhi atau rendah akan bermalas-malasan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dan siswa yang hasil asesmen diagnostiknya sangat baik akan merasa bahwa apa yang akan dipelajari sudah mereka pahami akibatnya siswa tersebut akan mulai mengganggu teman mereka.

Tantangan lainnya adalah jaringan internet yang akan mengalami kendala di sekolah ketika pembelajaran berlangsung terjadi pemadaman listrik. Hal ini tentunya akan mengakibatkan jaringan internet di sekolah terkendala tentunya akan mengganggu proses pembelajaran karena siswa dan guru memanfaatkan jaringan internet untuk mencari sumber referensi tambahan ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung. Selain itu jumlah infokus di sekolah yang sangat minim sehingga terkadang guru harus membuat jadwal pemakaian infocus tersebut agar bisa secara adil dalam hal pemakaian infocus tersebut.

Selain itu guru harus menyediakan waktunya untuk mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan siswa dalam pembelajaran di sekolah, baik itu dalam pembuatan LKPD maupun video sebagai referensi siswa dalam pembelajaran tersebut. Guru juga harus memikirkan media apa yang sesuai berdasarkan hasil asesmen diagnostik yang telah dilakukan. Hal itu dilakukan agar pemenuhan kebutuhan siswa dalam pembelajaran menggambarkan grafik fungsi kuadrat ini bisa terpenuhi.

Memupuk rasa percaya diri siswa untuk mampu mengkomunikasikan apa yang telah mereka diskusikan di kelompok belajarnya saat pembelajaran berlangsung juga merupakan tantangan dalam pembelajaran ini. Karena tidak semua memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk menyampaikan apa yang telah mereka diskusikan dan pelajari. Selain itu dalam alur koneksi antar materi siswa juga belum semuanya berani dalam memaparkan apa kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan saat pembelajaran berlangsung.

Sebagai seorang guru tidak hanya memberikan materi saja, tetapi juga memberikan perhatian terhadap perkembangan murid.untuk itu dilakukan asesmen diagnostik untuk bisa memetakan kemampuan murid, dengan cara : Mengidentifikasi kemampuan prasyarat. materi prasyarat dalam pembelajaran ini adalah materi fungsi linier. Setelah menentukan materi prasyarat yang ditentukan, maka dipilihlah teknik asesmen yang akan digunakan, yaitu tes tertulis. Dari hasil diagnosis ini guru dapat menyiapkan metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi semua kategori Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran kali ini berdasarkan hasil diagnostik yang telah dilakukan guru menerapkan alur belajar yang disingkat dengan MERDEKA.

Alur MERDEKA terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

Mulai Dari Diri, dalam alur mulai dari diri, guru mencoba mengaitkan materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini guru memberikan tayangan video yang menggambarkan penerapan fungsi kuadrat dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian siswa menceritakan harapan dan ekspektasinya dari apa yang ditayangkan oleh guru. Dalam penayangan video ini jika tidak ada infokus karena digunakan oleh guru lain, guru memanfaatkan laptop atau tablet yang ada di setiap kelompok, caranya dengan memberikan video yang akan ditayangkan kepada siswa melalui whatsapp grup sehingga siswa melihat tayangan video masing-masing di kelompok mereka.

Eksplorasi Konsep, dalam alur eksplorasi konsep guru meminta siswa untuk mempelajari materi fungsi kuadrat yang ada di buku pegangan siswa maupun sumber lainnya terlebih dahulu baik itu di rumah, di pojok baca kelas, maupun di ruang perpustakaan sekolah. Kemudian ketika di sekolah guru juga memberikan tambahan sumber belajar untuk materi fungsi kuadrat tersebut berupa tayangan video dari rumah belajar, modul yang telah dipersiapkan guru dan sumber lainnya yang bisa diakses murid (diferensiasi konten).

Ruang Kolaborasi, pada alur ruang kolaborasi, siswa melakukan diskusi kelompok mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang telah dipersiapkan oleh guru. Dalam alur ini siswa bersama dengan siswa lain dalam satu kelompoknya mencoba untuk mendiskusikan permasalahan dan mencari solusi atas apa yang ditanyakan. Siswa terlihat saling bekerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan melalui pengerjaan LKPD tersebut. Guru mulai melakukan pendekatan lebih dalam mengarahkan siswa yang terdeteksi sangat kurang dalam pemahaman hasil dari tes diagnostik sebelumnya (diferensiasi proses). Dalam menampilkan hasil pengerjaan diskusi kelompok tersebut, siswa melakukannya dengan cara yang berbeda-beda, ada yang memanfaatkan teknologi yaitu laptop dengan desain ada yang menggambarkannya dalam kertas plano (diferensiasi konten). Dengan alur ini siswa yang memiliki hasil asesmen diagnostik yang rendah maupun telah baik akan terpenuhi kebutuhan belajarnya.

Demonstrasi Kontekstual, pada alur demonstrasi kontekstual, siswa dalam kelompok diminta secara bergantian untuk mengkomunikasikan kepada kelompok lainnya,hasil  apa yang telah diperoleh dari kegiatan diskusi sebelumnya. Siswa mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas dan kelompok lainnya memberikan tanggapan dan umpan balik

Elaborasi Pemahaman, pada alur elaborasi pemahaman, guru memberikan penguatan atas apa yang telah disampaikan oleh siswa melalui kelompoknya dalam presentasi hasil kerja siswa. Guru memberikan umpan balik atas apa yang telah dipaparkan oleh siswa.

Koneksi antar materi, pada alur koneksi antar materi guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil kesimpulan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan hubungannya dengan materi sebelumnya. Awalnya siswa merasa malu ketika harus menyampaikan pendapatnya di depan kelas, namun dengan motivasi guru dan meyakinkan siswa akhirnya dalam pembelajaran ini siswa mulai mampu dalam menyampaikan hasil pemikiran mereka tentang pembelajaran yang telah dilakukan kepada siswa lainnya.

Aksi nyata pada alur aksi nyata siswa melakukan asesmen formatif memanfaatkan soal-soal yang ada di portal rumah belajar. Siswa mengerjakan soal dimana hasil dari pengerjaan siswa bisa dijadikan refleksi bagi siswa dan guru dalam pembelajaran ini. Selain itu siswa juga diminta untuk menjelaskan bagaimana cara menggambarkan grafik fungsi kuadrat dalam vlog, blog maupun bentuk lainnya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.

Belajar tanpa refleksi adalah sia-sia. refleksi tanpa belajar itu berbahaya ( confucius ), untuk itu diakhir pembelajaran ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaannya setelah melakukan pembelajaran menggunakan alur MERDEKA. Menggunakan kertas sticky note siswa menuliskan apa yang dirasakan selama pembelajaran dan menempelkannya secara bersama-sama di papan tulis.

Pembelajaran berdiferensiasi dengan alur MERDEKA ini, memberikan dampak yang sangat besar terhadap hasil pembelajaran siswa. Selain hasil pembelajaran yang menjadi lebih baik yaitu nilai tes hasil belajar yang dilakukan mendapatkan nilai rata-rata diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, sikap percaya diri, kreatif dan kolaborasi juga tertanam dalam diri siswa. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang efektif, karena dengan alur MERDEKA ini siswa sangat mudah dalam melakukan pembelajaran bersama dengan teman-temannya, terlihat suasana yang menyenangkan ketika pembelajaran berlangsung di sekolah, dan tujuan pembelajaran juga tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Melihat apa yang telah saya lakukan selaku guru di sekolah, memberikan motivasi buat guru lain untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi dengan alur MERDEKA yang saya lakukan, meskipun tidak semua sesuai dengan apa yang saya lakukan dalam setiap langkahnya, namun teman-teman sejawat di sekolah melakukan hal yang sama sehingga pembelajaran di sekolah berlangsung dengan menyenangkan dan pemenuhan kebutuhan siswa dalam pembelajaran terpenuhi. Keberhasilan pembelajaran ini tentunya karena guru mau melakukan perubahan dalam hal pemenuhan kebutuhan siswa tersebut. Guru mempersiapkan apa yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran di kelas. Guru tidak hanya memikirkan ketersesuaian materi pembelajaran, namun guru memikirkan bagaimana pemenuhan kebutuhan siswa dalam pembelajaran tersebut. Dengan alur MERDEKA ini, proses pembelajaran berpihak pada siswa dan pemenuhan kebutuhan bisa terpenuhi. Semoga praktik baik ini bisa bermanfaat bagi guru-guru yang memanfaatkannya, salam dan bahagia.

Referensi:

Tomlinson, Carol Ann. (2017). The Differentiated Classroom: Responding to the Needs of All Learners. ASCD.