Oleh : Saripuddin Lubis, S.Pd., M.Pd.
SMA Negeri 1 Kota Binjai
Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahanyang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua. (Buya Hamka)
Seputar tawaran model pembelajaran bukanlah baru untuk dibicarakan. Semenjak manusia mengenal pendidikan, beragam model pembelajaran telah diperkenalkan oleh para ahli. Namun satu hal yang perlu dipahami bahwa ketika model pembelajaran dipilih untuk diterapkan pada peserta didik, maka pilihan tersebut jangan sekadar menarik untuk diterapkan, melainkan juga memiliki kebermaknaan bagi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Ini perlu sebagai fondasi pemikiran kita (terutama) memahami Kurikulum Merdeka, khusunya pada pembelajaran menulis. Pendapat ini beralasan, sebab ada kendenderungan beberapa oknum guru yang hanya mengedapankan ‘riuh’-nya pembelajaran tanpa melihat makna pembelajaran itu sendiri. Sebagai contoh pada pembelajaran menulis, tuntutan dalam Kurikulum Merdeka, capaian pembelajaran yang disediakan adalah peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, pengetahuan metakognisi untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan tulisan hasil karyanya di media cetak maupun digital. Jelas sekali apa yang menjadi capaian pembelajaran.
Namun, kita menemukan fakta di lapangan bahwa ada guru yang hanya menyajikan pembelajaran dengan hanya membuat ‘langkah-langkah menulis’ lalu dipresentasikan menggunakan media pameran pada fliyer spanduk. Lalu ketika dikonfirmasi kepada guru yang bersangkutan menyatakan bahwa itu adalah pilihan yang telah ditetapkan pada tujuan pembelajaran. Sebenarnya sah saja, tetapi jika tidak ada satu pun peserta didik yang menuntaskan karya tulisnya sebagai karya yang utuh, bahkan tidak mempubilkasikannya, maka tentu saja ini menjadi pembelajaran yang tidak paripurna.
Masih ada contoh oknum guru yang lain, tidak memilih model pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi yang akan disajikan. Yang penting bagi si guru adalah, bagaimana model itu dipilih dan membuat peserta didik gembira dan bahagia. Selanjutnya aktivitas pembelajaran yang membahagiakan tadi dibagikan berupa potongan-potongan video di media sosial yang dianggap sudah memadai. Padahal sebagian besar peserta didik tetap tidak memiliki kompetensi menulis seperti yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
Pada tulisan ini tidak disajikan permasalahan dari sisi siswa secara rinci. Kalaupun perlu dibicarakan, maka persoalan yang dihadapi dari sisi siswa lagi-lagi hanya seputar (1) peserta didik belum sepenuhnya belajar dengan aktif dan kreatif; (2) peserta didik belum memahami struktur dan isi tulisan dengan baik; (3) peserta didik belum memahami struktur tulisan; (4) peserta didik masih belum paham tentang penggunaan unsur penendahubungan, kebahasaan dalam tulisan; dan (7) peserta didik belum memahami sepenuhnya kebermaknaan tulisan dalam kehidupan.
Bukankah permasalahan siswa di atas lokomotifnya adalah pada guru? Guru lah kunci untuk menuntaskan persoalan siswa tersebut. Jika kita merangkum permaslahan seorang guru dari tahun ke tahun tetap saja, yaitu (1) pembelajaran masih bersifat konvensional dan dominan di dalam pembelajaran tanpa melibatkan peserta didik; (3) guru juga cenderung melakukan transfer pengetahuan dan menganggap bahwa guru adalah sumber utama pengetahuan sehingga masih sering ditemukan guru yang lebih banyak menjelaskan daripada melibatkan peserta didik dalam menggali pengetahuan; (4) peserta didik masih diarahkan untuk mendengar dan menulis penjelasan guru dan mengerjakan soal, dan menerima apa saja yang dipaparkan guru; (5) guru melaksanakan pembelajaran hanya mengandalkan pengetahuan yang ada dalam dirinya tanpa memberi ruang pendampingan kepada peserta didik untuk memahami ataupun mengkonstruksi konsep pembelajaran menulis.
Ini tidak boleh dibiarkan. Oleh karena itu, sebelum menetapkan model pembelajaran sangat perlu melakukan identifikasi permasalahan terhadap kondisi peserta didik, materi dan tujuan pembelajaran, dan kebermaknaan pembelajaran. Setelah itu, barulah ditetapkan model pembelajaran yang dipilih.
Sesungguhnya, pakar pendidikan dalam semua moda kurikulum telah merancang model pembelajaran secara utuh dan lengkap. Tinggal lagi bagaimana si guru memanfaatkan model pembelajaran tersebut dengan baik. Pada tulisan ini akan dipaparkan bagaimana keampuhan model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dalam melahirkan peserta didik yang tangguh, khususnya dalam menulis.
Sebelum kita bicarakan pembelajaran menulis yang tepat menggunakan model PjBL, maka kita akan telusuri makna PjBL itu sendiri. Mengapa Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Best Learning)? Ya, Faturrohman, M. (2017:227) dalam Model-Model Pembelajaran yang Inovatif dan Menyenangkan yang diterbitkan Ar-Ruzz Media. Yogyakarta menyatakan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Best Learning) adalah pembelajaran berbasis proyek atau yang dikenal selama ini dengan nama Project Based Learning ( PjBL), adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan.
Berarti dalam model pembelajaran ini, peserta didik diarahkan untuk merencanakan, melaksanakan, dan menghasilkan sebuah produk melalui proses jangka panjang. Sebuah proses yang mengikuti alur pekerjaan yang sistematis dan terukur. Model ini memiliki prinsip (1) berawal dari sebuah masalah atau pertanyaan mendasar; (2) autentik dan relevan; (3) refleksi diri; (4) adanya umpan balik; dan (5) presentasi.
Setelah memahami konsep PjBL, maka kita dapat menarik simpulan bahwa materi-materi menulis yang memungkinkan menggunakan model PjBL adalah tulisan yang dalam pengerjaannya dalam jangka panjang, lebih dari dua pertemuan. Jadi untuk tulisan-tulisan yang memungkinkan dikerjakan dalam waktu singkat kuranglah tepat menggunakan model PjBL ini. Beberapa materi menulis pada mata pelajaran SMA fase E dan F yang sebaiknya dipilih[u1] menggunakan model PjBL antara lain menulis teks karya sastra, hasil penelitian, teks fungsional dunia kerja, dan pengembangan studi lanjut. Peserta didik juga diharapkan mampu memodifikasi/mendekonstruksikan karya sastra untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan tulisan hasil karyanya di media cetak maupun digital.
Jika kita tafsir, maka beberapa tulisan yang dapat dipilih antara lain menulis teks karya ilmiah, artikel, esai, dan karya sastra (puisi, prosa, dan drama). Materi-materi ini membutuhkan pengerjaan yang tidak sedikit, butuh proses dan lebih dari dua pertemuan. Apalagi jika karya siswa tersebut ditindaklanjuti dengan memuatnya di media cetak dan digital. Materi inilah yang dianggap tepat menggunakan model PjBL.
Lalu bagaimana proses PjBL itu dilaksanakan. Secara umum proses ini berlaku untuk semua jenis tulisan yang akan diproduksi, Namun secara khusus, materi-materi tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang perlu dipahami dan dipelajari oleh guru mata pelajaran. Pembelajaran menulis puisi dan artikel misalnya, tentu ada nilai rasa pada kedua materi tersebut yang berbeda.
Satu hal yang perlu dipahami bahwa kegiatan menulis memiliki kebermaknaan yang cukup tinggi di dalam kehidupan. Ini juga yang mendasari mengapa pembelajaran menulis haruslah disampaikan dengan Helaluddin dalam jurnal Bindo Sastra Universitas Muhammadiyah Palembang Edisi 2017menyatakan bahwa menulis merupakan kompetensi produktif yang dapat dikembangkan dengan latihan dan perlakuan atau treatment di samping juga adanya bakat pada diri seseorang.
Secara umum sintak atau urutan model pembelajaran menulis mengikuti alur pembelajaran sebagai berikut. Adapun aksi nyata pertemuan pertama 2 x 45 menit dilakukan dalam pembelajaran menulis ini dimulai dengan desain perencanaan proyek. Pertama sekali disampaikan tujuan, kebermaknaan, dan subtansi materi pembelajaran. Setelah itu kepada peserta didik disampaikan rencana model pembelajaran yang akan diterapkan berupa PjBL dalam penulisan.
Untuk lebih terarahnya rencana ini, maka diajukan beberapa pertanyaan mendasar seperti bagaimanakah teknik menulis yang mudah? Bagaimana memilih/ menetapkan pengalaman-pengalaman yang diangkat menjadi topik? Bagaimanakah mengembangkan topik dalam penulisan? Bagaimana mengaitkan topik dengan fenomena yang berkembang di masyarakat? Bagaimana memasukkan fakta dan referensi ke dalam tulisan? Bagaimana cara mempublikasikan tulisan?
Pada pertemuan berikutnya adalah pengawasan terhadap hasil karya tulisan peserta didik. Ini sangat penting agar peserta didik tetap merasa dibimbing dalam penulisan karya mereka. Pada pertemuan ini juga dilihat perkembangan yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik dalam membuat karyanya. Di dalam proses pembelajaran pertemuan kedua ini agaknya perlu dilakukan pemaparan oleh masing-masing siswa dan tanggapan peserta didik lain, termasuk penguatan oleh guru. Setelah itu, para peserta didik kembali melanjutkan proyeknya dalam menulis.
Pada bagian akhir (pertemuan ketiga), hasil kerja peserta didik kemudian dipresentasikan. Pada pertemuan ketiga ini, setelah dilakukan bagian pendahuluan pembelajaran, presentasi dilakukan melalui tahapan pada kegiatan inti. Pertama tulisan peserta didik ditanggapi dalam diskusi kelas. Diskusi ini dipandu oleh seorang moderator dari peserta didik. Kedua, kepada masing-masing peserta didik diberi kesempatan melihat kelebihan dan kekurangan tulisan yang dibahas. Fokus pembahasan tetap diutamakan pada isi tulisan, struktur, dan unsur kebahasaannya. Pada bagian penutup pembelajaran, guru mengajak peserta didik menarik simpulan atas pelaksanaan tugas proyek menulis yang sudah dilakukan. Beberapa peserta disik menyampaikan simpulan pembelajaran. Guru juga perlu menyampaikan bahwa membuat tulisan dalam tugas proyek merupakan sebuah pembelajaran yang sangat bermakna. Peserta didik perlu diminta terus melakukan latihan menulis. Bagian akhir dilakukan refleksi oleh peserta didik bersama dengan guru mata pelajaran.
Proyek penulisan karya ini dapat dilanjutkan dengan cara mempublikasikannya di media cetak dan digital. Salah satu contoh yang dapat kita lihat proses publikasi ini di SMA Negeri 1 Binjai. Di sekolah ini telah dilakukan proses publikasi di media cetak dan digital. Untuk media cetak, secara priodik sekolah ini, melalui ekstrakurikuler menulis Bianglala mencetak majalah sekolah Bianglala sejak tahun 2013 sampai sekarang. Selain itu majalah dinding Bianglala juga tetap terbit secara baik sampai sekarang. Untuk media digital, ekstrakurikuler di sekolah ini memiliki majalah daring Bianglala dan Pers Smansa yang terbit di instagram. Media cetak koran sekolah Resinal juga diterbitkan secara berkala. Kemudian di sekolah ini publikasi juga dilakukan dengan menerbitkan buku hasil karya siswa. Tentu saja semua proses ini tetap dikawal oleh guru, sehingga semua proses menjadi terbimbing dan terarah. Publikasi semacam ini tentu juga sudah dilakukan oleh sekolah-sekolah lain.
Satu hal yang perlu dipahami bahwa kegiatan menulis memiliki kebermaknaan yang cukup tinggi di dalam kehidupan. Ini juga yang mendasari mengapa pembelajaran menulis haruslah disampaikan dengan model yang tepat sejak dini. Helaluddin dalam jurnal Bindo Sastra Universitas Muhammadiyah Palembang Edisi 2017menyatakan bahwa menulis merupakan kompetensi produktif yang dapat dikembangkan dengan latihan dan perlakuan atau treatment di samping juga adanya bakat pada diri seseorang.
Melalui model pembelajaran ini kita langsung dapat melihat proses dan hasilnya dalam publikasi peserta didik tersebut. Proses yang dilakukan sudah pasti mampu membentuk peserta didik yang tangguh. Mereka akan memahami bagaimana peroses menulis, mulai dari perancangan, proses, dan publikasi dengan baik. Ini akan menjadi modal yang sangat berharga begi mereka dalam melaksanakan proyek-proyek yang lebih besar di masa depan.
Kebutuhan pasar atas karya orang-orang yang memiliki kemampuan menulis artikel cukup luas. Media-media cetak daerah hingga nasional membutuhkan tenaga-tenaga profesional dalam penulisan artikel. Peluang kerja untuk memeroleh jasa upah menulis juga sangat menjanjikan. Media-media ternama seperti harian Kompas, Media Indonesia, Jawa Pos, dan lainnya memberikan insentif yang tidak sedikit untuk penulis artikel di media mereka.
Profesi penulis artikel juga sangat menjanjikan, karena dapat dijadikan sebagai pekerjaan kedua (second job). Sebuah pekerjaan yang sering disebut dengan penulis lepas (freelance). Dalam Gramedia.com yang diunduh pada 25 April 2024 diuraikan beberapa keuntungan pemilik profesi penulis lepas, antara lain memiliki waktu yang lebih fleksibel, dapat mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus, memiliki penghasilan yang lebih besar dari karyawan tetap, dapat bekerja sesuai hobbi dan keahlian, dan tidak pernah kekurangan pekerjaan.
Jadi jelaslah bahwa pemilihan model pembelajaran inovatif yakni model pembelajaran berbasis proyek (project best learning) sangat membantu meningkatkan keaktifan ataupun partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran menulis. Sebuah model pembelajaran yang ampuh menjadikan peserta didik yang tangguh dalam menhasilkan karya. Peserta didik lebih merasa dihargai dan bebas mengekspresikan pendapat dan potensinya. Peserta didik perlu diajarkan bahwa untuk meraih kesuksesan harus dimulai sejak dini. Kesalahan tentu selalu ada, apalagi bagi pemula. Namun jika itu menjadi kebiasaan, maka kesalahan itu akan dapat diminimalisasi. Sungguhlah tepat yang dikatakan Buya Hamka pada bagian pembuka tulisan ini. Kata beliau, jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untukmencari jalan yang benar pada langkah kedua.
Sumber Referensi
Faturrohman, M. 2017. Model-Model Pembelajaran yang Inovatif dan Menyenangkan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
https://jurnal.um-palembang.ac.id, Helaluddin. Artikel. Bindo Sastra.
www.linkedin.com.Fjayus-kharisma-hendra_janganlah-takut-jatuh-karena-yang-tidak-
(Hamka) activity-7117705368935305216 AQBA
Biodata Penulis
Saripuddin Lubis menamatkan Sekolah Dasar Negeri 102004 dan SMP swasta 17 Agustus di kampung halamannya desa Tiga Juhar. Melanjutkan sekolah di SPG Negeri 1 Medan, lalu kuliah diploma tiga pada prodi Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia IKIP Medan. Melanjutkan sarjana pendidikan di IKIP Padang pada prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Selanjutnya menyelesaikan pascasarjana di UMN Medan. Mengajar pertama sekali di SMA Negeri 1 Sijunjung Sumatera Barat (1995). Selanjutnya di SMA Negeri 1 Binjai (1999). Di luar tugas utama juga pernah mengajar di SMA Bina Bangsa Tiga Juhar, SMP 17 Agustus Tiga Juhar, MAN Binjai, dan SMK Putra Anda Binjai
Dia menulis artikel populer pendidikan, puisi, dan cerpen. Tulisannya dimuat di surat kabar Ganto, Haluan, Singgalang, dan Canang Padang, Waspada dan Analisa Medan, Pelita Jakarta dan Sisipan Kaki Langit Majalah Horison. Selama lebih kurang tiga tahun menulis artikel tetap di kolom surat kabar Nuansa Indonesia di Jepang. Menulis juga untuk jurnal Logat Univeritas Sumatra Utara, Kekelpot Balai Bahasa Aceh, Medan Makna Balai Bahasa Sumatra Utara, Bahtera Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara, Tifa Universitas Muslim Nusantara, jurnal Eunoia UINSU, majalah Kolofon dan Lintas Sempadan Balai Bahasa Sumatra Utara. Dia dimasukkan pula sebagai 100 Seniman Sastrawan Sumatra Utara (Dinas Parwisata Sumut, 2017). Saripuddin Lubis sudah menulis dalam antologi bersama sekitar 25 judul buku.
Cerita pendeknya berjudul Pak Pri mendapat peringkat enam terbaik pada LMCP Tingkat Nasional 2003 dan diterbitkan dengan judul Nyanyian Terakhir (Depdiknas, 2003). Cerita tunggal inspiratif Kejutan Kecil Buat Ayah Bunda karyanya terpilih sebagai buku GLN Nasional (Kemdikbud, 2018). Menerbitkan buku tunggal relegius 26 Tuntunan Penyejuk Hati (Gerhana Publishing Medan, 2018).
Aktif mengikuti berbagaikegiatan ilmiah dan sastra, sebagai narasumber di badan bahasa Kemdikbdud, Balai Bahasa Sumatera Utara, Unimed, UINSU, sebagainya. Diterima di istana presiden setelah terpilih menjadi Finalis Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional Depdiknas (Jakarta, 2002, 2004, dan 2006). Menjadi Guru Berprestasi Sumatera Utara. Finalis Lomba Best Practice Tingkat Nasional Kemdikbud (Bogor, 2015). Diberi ‘Anugerah Sastra’ oleh Balai Bahasa Sumatera Utara Tahun 2015. Tahun 2020 mendapat Anugerah Sastra dari KOSAMBI Binjai. Pada tahun 2020 terpilih sebagai pemenang utama dan menerima penghargaan sebagai Tokoh yang Berkhidmat sebagai Pegiat Sastra Indonesia dari Lembaga LSBO PP Muhammadiyah dan dimasukkan dalam buku 99 Seniman yang Berkhidmat di Muhammadiyah (2021).
Kini, sebagai guru mengasuh Bengkel Sastra dan Menulis Bianglala SMA Negeri 1 Binjai. Di luar sekolah bergiat di Komunitas Masyarakat Sastra Kota Binjai (KOSAMBI), diamanahi sebagai ketua Majelis Dikdasmen PD Muhammadiyah Kota Binjai, wakil ketua Pimpinan Muhammadiyah Cabang Binjai Selatan 2022-2027, ketua bidang organisasi AGBSI (Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia) dan Ketua DPW AGBSI Sumatera Utara (2016 s.d. 2024). Menjadi pelatih penulisan buku bahan ajar Responsif Gender di Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA). Di PPPTK Bahasa Kemendikbud mendapat peran sebagai instruktur nasional dan mentor pada program Guru Pembelajar Kemendikbud 2016, Program PKB 2017, dan tahun 2019 guru inti Program PKP melalui Dirjen GTK. Pada tahun 2022 sebagai Guru Pamong PPG Dalam Jabatan melalui kampus UISU Sumatera Utara. Lalu tahun 2022 menjadi Pengajar Praktik Program Guru Penggerak. Kemudian tahun 2022 dimasukkan menjadi anggota pada TPK (Tim Pengembang Kurikulum) Cabang Dinas Stabat dan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara. Pengurus HISKI (Himpunan Sarjana Kesusastraan) Sumatera Utara sejak 2024. Tahun 2024 mengikuti Pelatihan Menulis Artikel yang diadakan di Sibolangit oleh BBGP Sumatera Utara.