Transformasi yang Tak Pernah Basi

Transformasi yang Tak Pernah Basi

Oleh : Neneng Nur Hidayah

SD Negeri 026559 Kota Binjai

Munculnya revolusi industry 4.0 sebagai era disruptif dimana periode inovasi yang sepenuhnya menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dan internet kecerdasan buatan sebagian besar menggantikan peran manusia dalam kehidupan, akibatnya muncullah industry 5.0 atau society 5.0 dimana peran manusia masih menjadi pengelolanya.  Hadirnya Kurikulum Merdeka sebagai suatu pembaharuan dan seirama dengan era society 5.0 memberikan perubahan yang sangat besar di dunia pendidikan. Perubahan ini juga memberikan dampak kepada saya sebagai seorang pimpinan di satuan pendidikan yang saya emban.

Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 dan society 5.0 menggambarkan berbagai cara teknologi  digunakan dalam pembelajaran. Pemanfaatan internet of things (IoT) dalam pembelajaran tersebut memiliki kemampuan untuk membuka pintu ke dunia luar. Kemajuan teknologi juga harus beriringan dengan kemampuan dari sumber daya manusianya (SDM). SDM adaptif terhadap teknologi akan mudah dan cepat menerima pembaharuan. Paparan Ibu Dwi Nurani, S.KM, M.Si, Analis Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Direktorat Sekolah Dasar pada saat mengisi seminar nasional “Menyiapkan Pendidikan Profesional Di Era Society” menyatakan bahwa untuk menghadapi era society 5.0 ini. Dibutuhkan adanya perubahan paradigma pendidikan,  diantaranya pendidik meminimalkan peran sebagai learning material provider, pendidik menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik untuk “Merdeka Belajar”.

Sekolah dasar merupakan fondasi penting dalam membangun fondasi pendidikan yang kokoh bagi generasi mendatang. Namun, di era Society 5.0, tantangan baru muncul yang membutuhkan pendekatan  inovatif dalam pendidikan dasar. Beberapa aspek transformasi pendidikan di sekolah dasar yang tidak pernah basi di era Society 5.0 seperti pembelajaran yang berbasis keterampilan, integrasi teknologi dalam pembelajaran, pembelajaran berbasis projek, pendidikan karakter dan kesejahteraan emosional.

Pada kurikulum merdeka, pendidikan karakter ditekankan sebagai perwujudan Profil Pelajar Pancasila. Dengan memperkuat pendidikan karakter, diharapkan para pelajar dapat menjadi individu yang memiliki moralitas yang tinggi, bertanggungjawab, dan mampu berperan aktif dalam membangun bangsa dan negara sesuai dengan semangat kemerdekaan. Kondisi dan tantangan tersebut membuat seorang pemimpin berpikir keras dan perlu melakukan perubahan-perubahan di satuan pendidikan. Satuan pendidikan yang memiliki sumber daya manusia yang masih produktif dan berusia muda merupakan suatu kelebihan tersendiri. Ditambah lagi adanya bantuan sapras berupa chromebook yang diberikan oleh pemerintah walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis teknologi yang menyenangkan. Sangat disayangkan sekali aset sekolah yang cukup dan sumber daya manusia yang berkualitas tidak diberdayakan dengan semaksimal mungkin. SDM yang berusia muda dan adaptif terhadap teknologi merupakan aset yang luar biasa yang mampu mendukung transformasi pendidikan saat ini.

Adaptasi dan kompetensi adalah dua hal yang diperlukan untuk menghadapi era society 5.0. Beradaptasi dengan Society 5.0 berarti mengetahui perkembangan generasi. Istilah “baby boomers” mengacu pada tingkat kelahiran yang tinggi dari beberapa generasi, mulai dari generasi X, Y, Z  hingga generasi Alpha, di mana peradaban manusia mengalami transformasi. Untuk menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 dalam dunia pendidikan, diperlukan kecakapan hidup abad 21 yang dikenal sebagai 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, and Collaboration). Guru harus kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi, dan menjadi suri teladan.

Di sisi lain, di era modern, siswa diharapkan memiliki enam keahlian dasar: literasi numerik, literasi ilmiah, literasi informasi, literasi keuangan, literasi budaya dan kewarganegaraan. Mereka tidak hanya memiliki kemampuan dasar bahasa, tetapi mereka juga memiliki keterampilan tambahan seperti berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah. Yang paling penting, harus memiliki perilaku (karakter) yang mencerminkan karakteristik siswa pancasila. Ciri-ciri ini termasuk rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, fleksibel, jiwa kepemimpinan, dan kepedulian sosial dan budaya.

Penguatan profil siswa pancasila harus diimbangi dengan pembentukan sumber daya manusia yang  berkualitas tinggi disesuaikan dengan era society 5.0. Ini adalah tempat di mana nilai-nilai Pancasila dapat ditanamkan pada siswa melalui kegiatan intrakurikuler, kegiatan kokurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, dan pemberdayaan budaya masyarakat.

Memanfaatkan keadaan yang cukup potensial tersebut sebagai seorang pimpinan melakukan transformasi pada satuan pendidikan dengan mulai memberdayakan sumber daya yang mumpuni untuk mulai bergerak memberdayakan rekan kerja dan tentunya aset yang ada. Diawali dengan pembelajaran di kelasnya yang selalu memberikan sentuhan-sentuhan teknologi digital yang kreatif membuat peserta didik di kelasnya antusias dalam pembelajara. Materi pembelajaran dengan menggunakan video animasi, permainan digital yang interaktif  selalu dinikmati peserta didik di kelasnya. Tak ayal lagi seluruh peserta didik selalu terkagum-kagum dan menikmati seluruh sajian pembelajaran digital dikelasnya. Walaupun dengan menggunakan perangkat seadanya laptop, proyektor dan speaker sang guru mampu terkesima dan menghipnotis peserta didik di dalam kelasnya.

Tak hanya pembelajaran di dalam kelas saja, pada saat program kegiatan literasi pagi yang diberi nama Sabu-Baku (Selasa Rabu Baca Buku) sang guru mampu menyajikan informasi-informasi digital yang terkini walapun hanya dengan berbekal chromebook beliau membuat kegiatan literasi semakin interaktif dan menarik. Kegiatan kokurikuler Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila  yang biasanya dilakukan dengan perayaan gelar karya yang sangat wah dengan menggunakan dana yang cukup menguras anggaran sekolah, namun sang guru mampu membuat kegiatan  Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila  ini dengan sentuhan digital dan juga tentunya bermakna bagi peserta didik. Dengan tema yang Gaya Hidup Berkelanjutan dan  judul yang diusung “Kemana Sampahmu di Buang…?” memberikan pembelajaran berarti memanfaatkan chromebook yang ada. Walaupun dengan jumlah terbatas namun seluruh peserta didik terpenuhi untuk membuat sebuah cerita bersambung yang dibuat dengan menggunakan fasilitas chromebook. Transformasi yang diberikan bukanlah hal yang usang dan basi, namun transformasi yang bermakna dan memberikan dampak positif untuk peserta didik.

Transformasi atau perubahan dalam dunia pendidikan sering kali dimulai dari perubahan kecil yang dilakukan di dalam kelas. Meskipun mungkin terlihat kecil pada awalnya, namun perubahan tersebut dapat memiliki dampak yang signifikan dalam pengalaman belajar siswa dan efektivitas pembelajaran secara keseluruhan. Transformasi yang bermakna dalam pendidikan sering kali dimulai dari upaya-upaya kecil seperti ini, yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, menantang, dan relevan bagi semua peserta didik. Tidak ada transformasi yang basi untuk pendidikan yang berkelanjutan. Perubahan dalam pendidikan haruslah relevan, berkelanjutan, dan mempertimbangkan kebutuhan serta perkembangan masyarakat, peserta didik, dan dunia secara keseluruhan. Perubahan yang dilakukan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh siswa dan masyarakat pada saat ini. Ini berarti mempertimbangkan perkembangan teknologi, dinamika sosial, ekonomi, dan kebutuhan pasar kerja. Perubahan yang berhasil membutuhkan keterlibatan dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk guru, peserta didik, orang tua, pemerintah, dan komunitas lokal. Membuat platform untuk mendengarkan dan mengakomodasi berbagai perspektif dan kebutuhan adalah kunci untuk perubahan yang berkelanjutan. Perubahan dalam pendidikan haruslah fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Ini berarti memiliki sistem yang dapat bergerak dengan cepat untuk menanggapi tantangan baru dan memanfaatkan peluang yang muncul. Dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip ini, perubahan dalam pendidikan dapat menjadi langkah yang produktif dan berkelanjutan menuju meningkatkan kualitas pembelajaran dan kesempatan bagi semua individu.

Pendidikan yang berkelanjutan tidak hanya mengacu pada proses pembelajaran yang berlangsung sepanjang hidup, tetapi juga merupakan transformasi dalam pendidikan itu sendiri. Transformasi ini melibatkan perubahan dalam paradigma, kebijakan, praktik pengajaran, dan budaya sekolah untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, relevan, dan berkelanjutan. Transformasi menuju pendidikan yang berkelanjutan melibatkan pengakuan akan pentingnya pendekatan holistik terhadap pembelajaran, yang mencakup pengembangan seluruh potensi individu secara fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Transformasi ini melibatkan penerapan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu, sehingga peserta didik dapat memahami hubungan antara berbagai bidang pengetahuan dan menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks dunia nyata. Pendidikan yang berkelanjutan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dengan keterampilan hidup yang diperlukan untuk menjadi pembelajar seumur hidup, termasuk keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, kerja sama, dan keterampilan teknologi informasi. Transformasi pendidikan yang berkelanjutan adalah proses yang kompleks dan berkelanjutan, yang membutuhkan komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan untuk menciptakan sistem pendidikan yang memenuhi kebutuhan dan aspirasi individu serta masyarakat secara luas.