DIGITALISASI DONGENG CARA JITU MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

DIGITALISASI DONGENG CARA JITU MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

Oleh : Wiwik Puspitasari

KB-RA Jasmine Islamic School Kota Medan

Anak usia dini, merupakan anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Masa keemasan (golden age) bagi seorang anak dimulai pada 0 s.d 5 tahun pertama kehidupannya. Pada masa keemasan ini tentunya orangtua dan pendidik perlu memberi perhatian lebih kepada anak agar dapat berkembang secara optimal. Salah lingkungan yang membantu perkembangan anak dalam semua aspek adalah lingkungan sekolah, meliputi enam aspek perkembangan anak usia dini yaitu: nilai agama moral, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik dan seni. Kemampuan berbahasa pada anak usia dini merupakan hal penting untuk mendapat perhatian saat ini, terutama kemampuan berbicara. Terlebih lagi, terlihat fenomena bahwa anak semakin jarang diberi stimulasi untuk meningkatkan kemampuan berbicaranya. Semua tak lepas dari pengaruh buruk teknologi, seperti penggunaan gawai yang berlebihan hingga menimbulkan pengaruh negatif pada anak usia dini. Pengembangan kemampuan berbicara pada anak usia dini diberikan dengan berbagai metode, salah satunya dengan menggunakan metode bercerita atau mendongeng.

Mendongeng adalah kegiatan membacakan cerita pada anak yang isi ceritanya  berupa tokoh imajinasi berbentuk fabel (hewan). Membuka pintu imajinasi anak melalui dongeng memudahkan anak mengembangkan kreativitasnya. Mendongeng juga merupakan metode yang digunakan di satuan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk menyampaikan kisah kisah teladan. Melalui tokoh-tokoh yang dekat dengan lingkungan anak, keteladanan atau pesan dapat tersampaikan dengan baik. Anak didik yang selalu mendengarkan cerita gurunya dengan antusias, akan berdampak besar pada perilakunya. Ini merupakan cara tepat memberikan stimulus dan rangsangan agar anak mampu mengemukakan pendapat, menyebutkan kalimat sederhana bahkan menceritakan kembali isi cerita yang didengarnya. Interaksi antar tokoh dan pemecahan masalah yang ada dalam cerita juga membantu anak mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya. Mendengarkan dongeng yang disampaikan pendidik juga akan memperkaya kosa kata anak.

Secara umum pendidik anak usia dini sudah melakukan kegiatan bercerita di kelasnya. Namun, dalam penyampaian cerita masih dilakukan dengan alat peraga sederhana. Untuk anak usia dini, dongeng merupakan kegiatan yang paling dinanti dan digemari, tentu saja jika dilakukan dengan teknik yang tepat dan alat peraga yang menarik. Sebaiknya pendidik anak usia dini juga memiliki kemampuan olah vokal, mimik wajah dan olah tubuh. Mengapa demikian? Karena mendengarkan dongeng adalah proses wisata jiwa bagi anak usia dini. Sayangnya, karena keterbatasan kemampuan pendidik, seringkali dongeng tak lagi menarik bagi anak didik. Kegiatan bercerita hampir tidak terlaksana secara rutin di kelas-kelas PAUD. Berdasarkan pengalaman pada kunjungan ke beberapa lembaga PAUD yang dilakukan, masih banyak kegiatan bercerita yang tampilannya adalah kegiatan tanya jawab atau ceramah. Pendidik menyampaikan cerita tidak utuh karena terpengaruh situasi dan kemampuan pendidik itu sendiri dalam menguasai kelas.

Era digital ditandai dengan semakin banyaknya penggunaan alat teknologi. Saat ini anak usia dini sudah terpapar kemajuan teknologi. Mereka sudah tidak asing lagi dengan gawai yang memuat ratusan permainan (games). Mendengarkan beragam suara dan melihat gambar-gambar di layar gawai merupakan hal yang mengasyikkan bagi anak. Agar mendengarkan dongeng juga merupakan hal yang mengasyikkan, tidak keliru jika digitalisasi dongeng dilakukan. Melalui digitalisasi dongeng, diharapkan dapat membantu pendidik dalam menyampaikan cerita pembentuk karakter anak. Revolusi digital yang juga sering disebut revolusi industri 4.0 sebagai era terjadinya profilerasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang termasuk di antaranya bidang pendidikan. Pendidik anak usia dini dituntut memiliki kemampuan yang baik dalam merancang pembelajaran. Salah satunya pendidik harus mampu memilih model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Untuk merancang pembelajaran yang berbasis teknologi, tentu pendidik harus menguasai literasi dari teknologi itu sendiri.

            Dongeng digital merupakan sebuah cerita yang ditulis dan dituturkan oleh yang bersangkutan dan bisa berbentuk gambar bergerak berupa film atau video klip dengan gabungan foto atau gambar diam yang pembuatannya lebih mudah. Sementara itu kita ketahui, kegiatan mendongeng atau bercerita bisa digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak. Kegiatan mendongeng bisa diinovasikan menggunakan multimedia. Kemampuan berbicara adalah salah satu unsur dari kemampuan berbahasa anak. Sedangkan menggunakan dongeng digital merupakan usaha yang dilakukan pendidik agar anak tertarik dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran bercerita, sehingga kemampuan berbicaranya meningkat.

            Pelaksanaan kegiatan mendengarkan dongeng digital dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni: Pertama, pendidik menyiapkan cerita yang memiliki pesan moral sesuai tema pembelajaran. Pemilihan judul dan cerita dengan durasi yang tepat sangat membantu suksesnya pembelajaran dengan metode mendongeng. Kedua, sarana yang digunakan haruslah sesuai dengan kebutuhan. Jika ruang kelas luas dan anak didik jumlahnya lebih dari 10 anak, digunakan layar proyektor. Ini berarti guru menyiapkan laptop dan overhead proyektor. Pastikan semua peralatan ini aman dan jauh dari jangkauan anak didik. Ketiga, pendidik membuat kesepakatan bersama anak didik dalam pelaksanaan kegiatan. Jika ada anak yang ingin bertanya, diminta bersabar hingga dongeng selesai. Anak bebas berekspresi namun tetap menahan diri untuk bersuara keras. Sampaikan pada anak bahwa suara berisik akan membuat dongeng menjadi tidak terdengar teman lainnya. Keempat, pendidik mendampingi anak dan berusaha memberikan contoh dalam memerhatikan dongeng dengan ekspresi wajah menunjukkkan ketertarikan pada dongeng yang sedang disajikan. Kelima, saat dongeng selesai, lakukan penguatan dengan menunjukkan gambar di setiap bagian cerita. Lalu anak didorong untuk mampu menceritakan kembali isi cerita yang sudah disaksikan. Minta anak menyebutkan pesan apa yang ada dalam dongeng dengan kata-katanya sendiri.

            Pada bagian akhir kegiatan, biasanya pendidik juga menambahkan kegiatan yang menstimulasi perkembangan aspek lainnya. Melipat bentuk selimut yang digunakan tokoh cerita dongeng “Demam Kelinci Merah Jambu” juga merupakan kegiatan yang sesuai dan bisa dijadikan contoh. Mengisi pola polkadot pada baju Paman Badut yang ada dalam cerita “Paman Polkadot dan Dot” juga bisa jadi pilihan kegiatan lainnya. Menjadi sebuah kenangan indah yang dibawa ke rumah jika anak mendapatkan kegiatan yang mengesankan. Maka, pendidik anak usia dini harus terus berinovasi. Digitalisasi dongeng memberikan suguhan berbeda pada anak. Sehingga anak akan tertarik untuk bercerita tentang dongeng yang ia saksikan. Digitalisasi dongeng juga melatih kreativitas pendidik untuk terus berusaha menstimulasi kemampuan berbicara anak didik. Untuk mempercepat tujuan pembelajaran tercapai, salah satu usaha yang dilakukan dengan mengirimkan video dongeng, meminta orangtua mengulang kegiatan di rumah. Kerjasama orangtua dan pendidik tercipta dengan teknologi yang ada. Ternyata, dongeng digital terbukti memberi pengaruh positif pada anak. Kemampuan berbicara meningkat dan anak bersemangat dalam kegiatan mendengarkan cerita. Dengan demikian, teknologi yang digunakan, benar-benar bermanfaat.

Referensi:

Kurniati, dkk. Digitalisasi Dongeng Nusantara Sebaga Alternatif Media Pembelajaran Era Digital Di Tingkat Sekolah. Jurnal penelitian Perkhasa vol 8, no 2 (2022) https://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/JPDP/article/view/1964 diakses 25 April 2024 pukul 20.00 WIB.