Oleh : Tri Ayu Indah Purwani
UPTD SMP Negeri 4 Kota Pematangsiantar
Pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat personal. Pendidikan adalah membimbing murid untuk mandiri dan dewasa. Pendidikan dalam konteks habitus manusia yang dikemukakan oleh Tilaar (2005: 110) merupakan proses untuk membina manusia menjadi manusia di habitus kemanusiaannya. Dalam hal ini setiap murid memiliki kebutuhan yang unik, gaya belajar yang berbeda, dan tingkat pemahaman yang beragam. Dalam konteks ini, pendekatan pembelajaran berdiferensiasi muncul sebagai strategi yang efektif dalam menangani keberagaman tersebut. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, strategi mengajar dirancang untuk menyesuaikan materi, proses, dan penilaian pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan individual murid. Ini bukan sekedar mengenalkan konsep yang sama kepada semua murid, tetapi mengakui bahwa setiap murid memiliki gaya belajar yang unik dan memerlukan pendekatan yang sesuai.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan dimana guru secara aktif membedakan metode, sumber daya, dan penilaian yang digunakan dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan individual setiap murid. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk mengakomodasi gaya belajar yang berbeda, tingkat pemahaman yang bervariasi, serta minat dan kebutuhan murid yang beragam. Pembelajaran berdiferensiasi dapat diimplementasikan melalui modifikasi konten, proses, produk, dan lingkungan belajar agar lebih sesuai dengan kebutuhan murid (Tomlinson, 2001). Mengapa pembelajaran berdiferensiasi itu penting? Karena di dalam pembelajaran berdiferensiasi dapat terjadi inklusivitas, keterlibatan, dan peningkatan hasil belajar. Inklusivitas, yaitu di dalam kelas yang beragam, pembelajaran berdiferensiasi memastikan bahwa tidak ada murid yang tertinggal. Setiap murid merasa dihargai dan didukung dalam perjalanannya untuk mencapai potensinya. Keterlibatan, yaitu dengan menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan murid, pembelajaran berdiferensiasi meningkatkan keterlibatan murid. Mereka merasa lebih terhubung dengan materi dan lebih termotivasi untuk belajar. Peningkatan hasil belajar, yaitu dengan memberikan akses yang lebih baik ke materi yang relevan dan sesuai, pembelajaran berdiferensiasi membantu meningkatkan pemahaman murid dan hasil belajar mereka secara keseluruhan.
Manfaat pembelajaran berdiferensiasi antara lain: (a) Meningkatkan keterlibatan murid. Dengan mempertimbangkan gaya belajar dan minat murid, serta memberikan tugas yang beragam, memungkinkan murid untuk mengeksplorasi konsep-konsep dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar dan tingkat kemampuan mereka. Tugas-tugas tersebut dapat dirancang untuk menguji pemahaman, keterampilan, dan minat murid sehingga pembelajaran berdiferensiasi dapat membuat pengalaman belajar lebih menarik dan relevan bagi mereka, serta meningkatkan keterlibatan murid dalam proses pembelajaran. (b) Mendorong pertumbuhan pribadi. Dengan fokus pada kebutuhan individual, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap murid untuk berkembang sesuai dengan potensi maksimalnya. Ini tidak hanya melibatkan pemahaman materi, tetapi juga pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan keterampilan hidup yang penting. (c) Mengurangi Kesenjangan. Dengan menyediakan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu mengurangi kesenjangan belajar antara murid dengan kemampuan yang berbeda. Ini memastikan bahwa tidak ada murid yang tertinggal dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk bisa sukses dan berhasil. Karena substansi dari pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memfasilitasi semua perbedaan yang dimiliki siswa secara terbuka dengan kebutuhan-kebutuhan yang akan dicapai oleh siswa (Atik Siti Maryam, 2021).
Lalu bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tersebut? Hal pertama yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan murid. Dalam hal ini guru perlu mengumpulkan data tentang kebutuhan, minat, dan kemampuan murid untuk merancang pembelajaran yang sesuai. Selanjutnya memberikan fleksibilitas dalam pengajaran, yaitu guru memberikan berbagai metode pengajaran dan sumber daya untuk mengakomodasi gaya belajar yang berbeda, seperti ceramah, diskusi kelompok, proyek atau multimedia. Langkah selanjutnya adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu menggunakan penilaian yang memungkinkan murid menunjukkan pemahaman mereka melalui berbagai cara, seperti proyek, portofolio, atau ujian lisan. Hal terakhir yang dilakukan adalah kerjasama, yaitu dengan adanya kolaborasi antara guru, murid, dan orangtua sangat penting untuk mengidentifikasi kebutuhan dan memberikan dukungan yang tepat.
Dalam pembelajaran berdiferensiasi, ada beberapa tantangan yang dihadapi Penulis di lapangan antara lain: (a) waktu dan persiapan dalam merencanakan dan menyusun pembelajaran yang berbeda untuk setiap murid yang membutuhkan waktu lebih lama dan persiapan yang lebih intensif bagi guru. Tantangan ini dapat diatasi dengan penggunaan sumber daya yang tersedia secara efisien dan kolaboratif dengan sesama guru. (b) Manajemen kelas dalam memfasilitasi pembelajaran yang berbeda untuk setiap murid dalam satu kelas. Guru perlu memastikan bahwa semua murid tetap terlibat dalam pembelajaran, sambil memberikan perhatian khusus kepada murid yang membutuhkan dukungan tambahan. (c) Evaluasi dan penilaian dalam mengukur kemajuan murid dengan cara yang adil dan akurat. Guru perlu mengembangkan metode evaluasi yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan kemampuan murid secara individual, sambil tetap mempertahankan standar yang jelas dan konsisten. (d) Pengembangan profesional dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dari guru. Oleh karena itu, pengembangan profesional yang berkelanjutan diperlukan untuk mendukung guru dalam memahami dan menerapkan strategi diferensiasi dengan efektif. (e) Keterbatasan anggaran mungkin menjadi tantangan dalam menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Guru perlu kreatif dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan efesien. (f) Resistensi terhadap perubahan, membuat beberapa guru mungkin merasa tidak nyaman dalam pendekatan pengajaran mereka atau merasa tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Dibutuhkan dukungan dan motivasi tambahan untuk mengatasi resistensi ini. (g) Kesenjangan pengetahuan dan keterampilan murid dengan tingkat yang berbeda dalam satu kelas dapat menyulitkan guru dalam merencanakan dan memberikan pembelajaran yang sesuai bagi setiap individu. (h) Ekspektasi yang tidak jelas dari pihak administrasi atau kurangnya dukungan dapat menghambat implementasi pembelajaran berdiferensiasi.
Pada dasarnya strategi pebelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dalam 3 bentuk, yaitu: (1) diferensiasi konten, (2) diferensiasi proses, (3) diferensiasi produk. Diferensiasi konten dilakukan melalui kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. Diferensiasi proses dilakukan melalui penggunaan kegiatan berjenjang, mengembangkan kegiatan bervariasi dan menggunakan pengelompokkan siswa sesuai dengan kesiapan, kemampuan, dan minat. Diferensiasi produk dapat dilakukan melalui pemberian pilihan bagaimana siswa mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan (Hadi, 2022). Dari tiga strategi tersebut, penulis mengelompokkan strategi yang perlu dilakukan dalam menghadapi tantangan pembelajaran berdiferensiasi, antara lain: (a) Mengadakan pelatihan guru, dengan menyediakan pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan untuk guru dalam hal pembelajaran berdiferensiasi termasuk strategi dan teknik implementasinya. (b) Kolaborasi antar guru, mendorong kolaborasi dan pertukaran pengalaman antara guru untuk saling belajar dan mendukung satu sama lain dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. (c) Dukungan administratif, mendukung guru dengan sumber daya dan dukungan administratif yang diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan. (d) Keterlibatan orangtua dalam proses pembelajaran murid dan memberikan informasi tentang pembelajaran berdiferensiasi yang digunakan di kelas. (e) Kolaborasi tim kerja, dukungan dari rekan guru dan staff sekolah lainnya dapat menjadi kunci sukses dalam mengatasi tantangan. Kolaborasi dapat membuka pintu bagi pertukaran ide, strategi, bahkan sumber daya yang bermanfaat. (f) Penggunaan teknologi sebagai alat yang sangat berguna dalam mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Platform pembelajaran digital, aplikasi, dan perangkat lunak dapat membantu guru dalam menyediakan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. (g) Pendekatan bertahap dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi secara bertahap sehingga dapat membantu guru dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan mengatasi rasa tidak nyaman atau ketidakpastian. (h) Evaluasi berkelanjutan, melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap praktik pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu dalam mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan menyesuaikan strategi dengan kebutuhan murid.
Dengan mengakui pentingnya pembelajaran berdiferensiasi dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkannya, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung semua murid, memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk meraih potensi maksimal mereka dalam pendidikan. Dengan kata lain, pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan yang memungkinkan guru untuk merespon secara efektif terhadap keragaman dengan kelas mereka. Dengan memerhatikan kebutuhan individual setiap murid, pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efektivitas pembelajaran, tetapi juga membantu menciptakan lingkungan belajar inklusif dimana setiap murid merasa dihargai dan didukung dalam perjalanan mereka.
Meskipun pembelajaran berdiferensiasi dapat menghadirkan sejumlah tantangan dalam implementasinya, dengan pemahaman yang mendalam tentang tantangan tersebut dan menerapkan strategi yang efektif, pendekatan ini dapat menjadi alat yang kuat dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan memastikan kesuksesan setiap murid. Dengan dukungan yang tepat dari semua pemangku kepentingan, pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi norma dalam sistem pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada hasil. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukanlah sekedar konsep pendidikan, tetapi merupakan kunci untuk menciptakan kelas yang inklusif dan bermakna bagi setiap murid. Dengan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individual, pembelajaran tidak lagi menjadi pengalaman yang sama untuk setiap murid, tetapi pengalaman yang unik dan bermakna dapat membantu murid meraih potensi terbaik mereka.
Referensi:
Hadi, W., dkk (2022). Desain Pembelajaran Diferensiasi Bermuatan Problem Based Learning (PBL Mendukung Critical Thinking skill Siswa Pada Era Normalisasi Baru Pasca Pandemi Covid-19. Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia.
Maryam. A. S. (2021). Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi. Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Tilaar. (2005). Manifesto Pendidikan Nasional. Kompas.
Tomlinson. CA (2001). How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms. ASCD: USA