Proyek Timpang Sial dalam Pembelajaran Sosiologi                                                             

Proyek Timpang Sial dalam Pembelajaran Sosiologi                                                             

Oleh : Fadillah Rahmi Nasution,S.Sos

SMA Negeri 1 Galang Kabupaten Deli Serdang

Sebagai seorang guru pernahkah kita melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang kita lakukan di kelas? Apakah pembelajaran kita selama ini sudah bermakna pada diri murid-murid kita? Secara singkat (Purwanto: 2022) menguraikan bahwa pembelajaran bermakna merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk membangun pemahaman konsep yang dipelajari melalui aktivitas pembelajaran. Artinya guru harus mampu menyiapkan pembelajaran bermakna dengan baik. Guru harus mampu menghadirkan pembelajaran yang aktif,konstruktif dan melibatkan seluruh peserta didik. Apalagi di era kurikulum merdeka, guru selalu dituntut untuk menghadirkan pembelajaran bermakna yang berpusat pada murid. Harapannya murid akan kaya dengan pengalaman belajar yang berkesan dan bermakna.  Salah satu cara menghadirkan pembelajaran bermakna yang efektif dengan Project Based Learning (Yanti:2023). Project Based Learning melibatkan murid dalam  pengerjaan tugas-tugas berbasis pembelajaran kompleks dari materi pelajaran yang terhubung dengan konteks sekitar.

Menghafal yang Membosankan

            Kita sering mendengar murid-murid menyatakan pembelajaran sosiologi selalu identik dengan menghafal yang membuat jenuh. Pendapat ini tidaklah salah sebab masih banyak guru-guru sosiologi yang menghadirkan cara mengajar menjelaskan saja meminta siswa menghafal dan berdiskusi kelompok tanpa refleksi. Apalagi jika masuk ke pokok bahasan kelas XII semester II tentang ketimpangan sosial. Jika guru hanya menjelaskan dan meminta murid menghafal atau menjawab soal saja. Tentulah pembelajaran itu sangat membosankan.

            Kondisi ini juga dialami murid-murid di SMAN 1 Galang pada awalnya. Mereka hanya sesaat mendengar penjelasanku sebagai guru, mengerjakan soal latihan dengan menyontoh dan saat berdiskusi pun tidak pernah serius. Tidak ada pengalaman belajar yang berkesan. Kondisi ini membuatku sadar harus melakukan perubahan dalam pembelajaran sosiologi. Akhirnya dirancanglah sebuah model pembelajaran Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek). Pembelajaran ini bertajuk Proyek Timpang Sial dalam Pembelajaran Sosiologi,pokok bahasan Ketimpangan Sosial kelas XII IPS semester II.

            Timpang Sial merupakan akronim dari Ketimpangan Sosial. Pada Proyek Timpang Sial,murid-murid secara berkelompok merancang dan melaksanakan program untuk mengatasi masalah ketimpangan sosial yang ada di masyarakat sekitarnya. Proyek yang mereka lakukan antara lain Proyek Berantas Buta Al Qur’an, Proyek Lancar Baca Tulis, Proyek Budaya Hidup Sehat,Proyek Gawai Ramah dan lainnya. Proyek ini dilaksanakan di desa tempat mereka tinggal.

Tantangan selalu hadir

            Pelaksanaan Proyek Timpang Sial ini memiliki beberapa tantangan dalam pelaksanaannya. Antara lain,waktu yang lama sekitar dua bulan, monitoring dan evaluasi yang intens dari guru serta menjaga semangat dan konsentrasi murid-murid dalam pelaksanaannya. Namun semua tantangan ini harus dihadapi. Harapannya sebuah pembelajaran bermakna dan menyenangkan hadir di kelas sosiologi.

Aksi pun Dieksekusi

            Langkah-langkah kegiatan pembelajaran pun dirancang dengan sederhana. Sehingga murid mudah memahami dan melaksanakannya. Berikut ini langkah-langkah Proyek Timpang Sial yang dilakukan.

  1. Guru memberikan arahan mengenai tujuan pembelajaran Proyek Timpang Sial kepada murid.
  2. Selanjutnya murid memahami materi ketimpangan sosial dari buku dan internet secara individu dan mandiri.
  3. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok. Pembagian kelompok dilakukan secara mandiri oleh murid-murid. Setiap kelompok diminta melakukan identifikasi fenomena ketimpangan sosial yang paling dominan di daerah tempat tinggal mereka. Pada tahapan ini murid diminta menganalisis fenomena ketimpangan sosial tersebut. Setelah setiap kelompok menemukan fenomena ketimpangan sosial di daerahnya dan melakukan analisis terhadap satu fenomena yang dipilih.
  4. Setelah masalah ditemukan dan dianalisis sebab akibatnya. Setiap kelompok merancang sebuah proyek untuk mengatasi masalah tersebut. Proses perencanaan,pembuatan dan persetujuan rancangan proyek dilaksanakan selama 1 minggu. Pada kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan murid dalam proses perencanaan proyek.
  5. Setelah proyek dirancang lalu setiap kelompok mulai melaksanakan Proyek Timpang Sial ini selama 4-5 minggu. Setiap minggu semua kelompok menyampaikan progres proyeknya. Sementara guru melakukan monitoring dan evaluasi. Selama kegiatan berlangsung setiap kelompok dapat memanfaatkan sumber daya yang ada pada kelompok dan bekerja sama dengan masyarakat setempat. Proyek dilaksanakan sesuai rencana yang dibuat. Setiap kegiatan yang dilakukan didokumentasikan.
  6. Setelah proyek dilaksanakan maka setiap kelompok berdiskusi membuat laporan. Laporan dan pembuatan video dilaksanakan selama satu minggu. Dalam pembuatan laporan guru memberi kebebasan pada kelompok dalam menyampaikannya. Guru hanya memberikan panduan pembuatan laporan saja. Ada kelompok yang membuat laporan dengan poster digital,ada yang membuat seperti majalah dinding bahkan ada seperti laporan kegiatan kebanyakan. Laporan dipresentasikan di depan kelas. Curah pengalaman pun terjadi pada saat penyampaian laporan. Hal ini membuat suasana kelas semakin seru. Setiap kelompok menyampaikan kendala dan usaha mereka bagaimana mengatasi kendala tersebut. Tampak wajah mereka merasa puas dan senang dengan pengalaman belajar ini. Bahkan ada beberapa murid merasa tidak percaya bahwa dirinya mampu melaksanakan Proyek Timpang Sial. Terlihat sekali kebahagiaan dan kepuasan pada wajah mereka setelah berhasil menyelesaikan proyek ini.  Saat seperti inilah kita sebagai guru merasakan kepuasan mengajar.
  7. Tidak hanya membuat laporan secara tertulis,setiap kelompok juga diminta membuat kompilasi dokumentasi kegiatan dalam bentuk video. Proses pembuatan video kembali diserahkan pada kreatifitas masing-masing siswa. Guru membebaskan teknik dan aplikasi yang digunakan, yang penting keseluruhan video menampilkan kegiatan dari awal sampai akhir. Video dokumentasi kegiatan proyek setiap kelompok diputar dan disaksikan bersama-sama seluruh warga kelas. Suasana kelas menjadi ramai dengan canda dan gelak para murid,ketika mereka menyaksikan video dokumentasi tersebut.
  8. Kegiatan terakhir dalam proyek Timpang Sial ini adalah refleksi dan penguatan. Refleksi dilakukan untuk melihat sejauh mana Proyek Timpang Sial memberikan makna dan pemahaman bagi para murid. Refleksi dilakukan secara pribadi dan kelompok. Secara pribadi murid diminta menyampaikan apa yang sudah mereka dapatkan dan pahami, setelah melakukan aktivitas pembelajaran. Kemudian secara kelompok mereka juga menyampaikan bagaimana pengalaman mereka bekerja dalam kelompok. Refleksi memberikan gambaran kepada guru sejauh mana murid mendapatkan pemahaman dan pengalaman belajar. Guru juga dapat melihat bagaimana murid dapat mengambil pelajaran dari keseluruhan langkah-langkah proyek yang dilakukan. Setelah itu guru memberikan penguatan dan apresiasi terhadap Proyek Timpang Sial yang dilakukan para murid.

Aksi Menuai Hasil

Keseluruhan langkah-langkah pembelajaran Proyek Timpang Sial telah dilaksanakan. Kita dapat melihat dampak dari kegiatan pembelajaran ini. Bagi para murid, mereka semakin memahami permasalahan ketimpangan sosial di masyarakat. Misalnya saja persoalan lemahnya pendidikan, kebersihan, dan kesehatan. Selanjutnya murid mampu berpartisipasi aktif dalam mengurangi ketimpangan sosial melalui Proyek Timpang Sial kelompok masing-masing. Ada rasa bahagia karena dapat membantu dan menolong orang lain. Selain itu, rasa percaya diri pada diri murid juga tumbuh. Ternyata mereka mampu merancang dan melaksanakan sebuah program yang membantu masyarakat di sekitarnya.

Tidak hanya itu kemampuan komunikasi dan kerja sama tim juga terbentuk. Mereka harus berkomunikasi dengan masyarakat,aparat desa dan berbagai pihak ketika menjalankan proyeknya. Saling berbagi peran/tugas dengan teman sekelompok. Selanjutnya merancang bersama laporan,membuat video dokumentasi dan presentasi kelompok. Setelah dilakukan refleksi mereka memiliki kesan yang begitu mendalam dengan pembelajaran ini. Pengalaman belajar berharga di luar kelas pun menjadi pengalaman yang tidak dilupakan.

            Sementara sebagai guru saya merasa senang karena murid-murid memiliki pengalaman belajar yang berkesan dan berharga. Kemampuan critikal thinking murid juga terasah. Sangatlah penting bagi guru untuk melatih kemampuan critikal thinking murid sebagai kecakapan hidup abad ini. Selain itu pembelajaran ini juga menghantarkan murid untuk melihat langsung kehidupan masyarakat. Sehingga pembelajaran tidak hanya berkutat pada teori dan konsep di buku saja. Namun apa yang dipelajari dapat ditemui dalam kehidupan nyata.

            Praktik baik Proyek Timpang Sial ini sudah dilakukan sejak pembelajaran daring pada pandemi lalu. Pengalaman pembelajaran ini menjadi cerita turun-temurun dari kakak kelas ke adik kelas. Sehingga pengalaman belajar ini menjadi sesuatu yang dinanti para murid kelas X dan XI.  Bahkan ada beberapa yang bertanya langsung kepada guru,akankah mereka akan mendapatkan pengalaman pembelajaran itu nanti di kelas XII?  Hal ini membuktikan bahwa Proyek Timpang Sial sangat berkesan dan bermakna bagi para murid. Pengalaman ini sangat berarti untuk kehidupan mereka nantinya pasca tamat dari bangku sekolah.

Refrensi

Purnawanto, A. T. (2022). Perencanakan pembelajaran bermakna dan asesmen Kurikulum Merdeka. Jurnal Pedagogy15(1), 75-94.

Yanti, R. A., & Novaliyosi, N. (2023). Systematic Literature Review: Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap Skill yang dikembangkan dalam Tingkatan Satuan Pendidikan. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika7(3), 2191-2207.