Strategi Implementasi Mata pelajaran IPS dalam Kurikulum Merdeka untuk meningkatkan Kebudayaan Lokal

Strategi Implementasi Mata pelajaran IPS dalam Kurikulum Merdeka untuk meningkatkan Kebudayaan Lokal

Oleh : Yopi Rachmad

SMA Negeri 1 Kota Medan

Belajar mengajar merupakan proses kebudayaan yang berlangsung dalam  ruang sosial. Hal ini berarti bahwa sekolah merupakan miniatur mini dari masyarakat dalam mengelola nilai dan norma. Sumar (2018) menyebutkan bahwa sekolah dapat dianggap sebagai lembaga sosial tempat berlangsungnya interaksi antara pendidik dan peserta didik, sehingga mewujudkan  suatu sistem nilai atau kepercayaan serta norma dan  kebiasaan yang saling terkait. Dengan bahasa yang sederhana, sekolah merupakan sebuah proses kebudayaan. Sekolah merupakan tempat disosialisasikannya nilai budaya, tidak hanya sebatas nilai keilmuan saja, namun juga seluruh nilai kehidupan yang membantu terciptanya pribadi yang berbudaya. Sekolah yang efektif mempunyai budaya yang kuat, yang  dapat mendorong dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas sekolah (Arifin dan Wahyudi, 2018).

John Dewey (2000) menekankan pentingnya pendidikan sebagai proses sosial. Dewey berpendapat bahwa pendidikan harus mencakup pengalaman sosial yang nyata sehingga peserta didik dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang masyarakat. Demikian pula dengan pendidikan multikultural yang merupakan konsep atau gagasan yang mengakui dan menghargai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, dan kesempatan pendidikan individu, kelompok, dan negara (Manio, 2010).Tilaar (2004) menggariskan tiga prinsip pendidikan multikultural sebagai berikut: (1) Pendidikan multikultural didasarkan pada pendidikan kesetaraan. (2) Tujuan pendidikan multikultural adalah untuk menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas dan mengembangkan manusia Indonesia yang cakap dalam bidang ilmu pengetahuan. Dan (3) bangsa ini tidak perlu takut dengan prinsip globalisasi karena arah yang dibawanya serta nilai-nilai baik dan buruknya. Pendidikan multikultural merupakan proses penanaman sikap saling menghargai, jujur dan toleran terhadap keragaman budaya yang muncul dari masyarakat majemuk (Syahrial, Kurniawan, Alirmansyah, & Alazi, 2019).

Dalam kaitannya dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), mata pelajaran ini membantu peserta didik memahami konteks sosial, politik, dan ekonomi di sekitar mereka, serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. IPS juga berperan dalam membentuk karakter dan identitas peserta didik sebagai warga negara Indonesia yang berkebinekaan global. Kurikulum Merdeka yang saat ini dicanangkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim pada tahun 2020 bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberikan kebebasan kepada guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter serta kompetensi peserta didik. Kurikulum ini juga mengacu pada profil pelajar Pancasila, yang terdiri dari enam dimensi, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; gotong royong; mandiri; bernalar kritis, dan kreatif. Kurikulum Merdeka didasarkan pada filosofi pemberdayaan dan independensi dalam pendidikan. Filosofi ini menekankan kebutuhan untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kecakapan, kreativitas, dan keberanian untuk menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan di bawah Kurikulum Merdeka didesain untuk memberikan independensi atau kemandirian kepada peserta didik dalam mengeksplorasi minat, bakat, dan potensi pribadi mereka. Menekankan pada pembentukan karakter moral, etika, dan kepemimpinan untuk menciptakan individu yang berintegritas. Menggali dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan lokal sebagai bagian integral dari pendidikan.

Dalam Kurikulum Merdeka, IPS memiliki peran penting dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. IPS dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kecintaan peserta didik terhadap kebudayaan lokal, yang merupakan bagian dari kebinekaan global. IPS juga dapat menjadi media untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila, seperti persatuan, kerukunan, kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan. IPS juga dapat menjadi stimulus untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, kritis, dan kreatif peserta didik dalam menyelesaikan masalah sosial yang ada di lingkungan mereka. Pentingnya Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam Konteks Pendidikan antara lain IPS memberikan pemahaman yang mendalam tentang struktur, dinamika, dan nilai-nilai masyarakat. Ini membantu peserta didik mengembangkan wawasan sosial dan keterlibatan dalam konteks masyarakat tempat mereka tinggal. Mata pelajaran IPS melibatkan analisis terhadap peristiwa sejarah, geografi, ekonomi, dan politik. Hal ini mengasah keterampilan analisis kritis peserta didik yang memungkinkan mereka menjadi pemikir yang kritis dan reflektif. Mata pelajaran IPS membantu peserta didik memahami keterkaitan antara berbagai isu global. Hal ini penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk berperan dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik internasional. IPS membantu membentuk warga negara yang aktif dan berpartisipasi dalam kehidupan demokrasi. Peserta didik diajak untuk memahami hak dan kewajiban mereka dalam masyarakat.

Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, IPS harus diajarkan dengan strategi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik Kurikulum Merdeka. Strategi pembelajaran IPS harus dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk berinovasi, mandiri, dan kreatif dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran IPS juga harus dapat mengintegrasikan materi IPS dengan konteks lokal, nasional, dan global, serta menghubungkannya dengan isu-isu aktual dan relevan. Strategi pembelajaran IPS juga harus dapat mengembangkan keterampilan abad 21, seperti literasi informasi, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis strategi pembelajaran IPS dalam Kurikulum Merdeka Belajar untuk meningkatkan kebudayaan lokal. Tulisan ini juga akan memberikan beberapa contoh penerapan strategi pembelajaran IPS dalam Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah dasar, menengah, dan atas.

Kurikulum Merdeka dan Penguatan Budaya

Dalam menggagas perubahan pendidikan, Kurikulum Merdeka mengusung prinsip-prinsip yang menciptakan ruang belajar yang dinamis dan relevan. Menyelaraskan diri dengan semangat perubahan ini, mata pelajaran IPS mendapatkan porsi yang signifikan  dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga terampil dalam menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sebatas memberikan pemahaman tentang sejarah, geografi, ekonomi, dan politik, mata pelajaran IPS di bawah Kurikulum Merdeka memainkan peran sentral dalam membentuk karakter peserta didik. Keterampilan analisis kritis, kepekaan terhadap isu-isu sosial, dan pemberdayaan peserta didik menjadi fokus utama. Namun, perubahan ini tidak berhenti pada ranah akademis belaka. Salah satu terobosan paling menonjol adalah integrasi kebudayaan lokal dalam kurikulum. Kebudayaan, sebagai cermin identitas suatu masyarakat, menjadi bagian integral dari pengalaman belajar. Peserta didik tidak hanya menjadi penikmat informasi, tetapi juga peserta aktif yang dapat meresapi dan melestarikan kekayaan budaya lokal mereka. Perubahan filosofis dan praktis ini menciptakan fondasi untuk pembelajaran yang lebih menyeluruh. Pendidikan bukan lagi sekadar mentransfer pengetahuan, melainkan merangkul peserta didik dalam perjalanan pembentukan karakter, analisis kritis, dan penghargaan terhadap kekayaan budaya. Melalui pendekatan ini, Kurikulum Merdeka dan mata pelajaran IPS tidak hanya membuka pintu pengetahuan, tetapi juga merintis jalan bagi generasi yang terhubung dengan akar budayanya, memiliki keterampilan kritis, dan siap menghadapi tantangan kompleks di masa depan.

Kebudayaan lokal yang dimaksud di atas merupakan bagian integral dari identitas suatu masyarakat. Melibatkan peserta didik dengan kebudayaan lokal membantu pelestarian dan penghargaan terhadap warisan budaya. Menyertakan elemen kebudayaan lokal dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi peserta didik karena mereka dapat merasakan relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari mereka. Interaksi dengan kebudayaan lokal membantu peserta didik mengembangkan kecakapan antarbudaya, mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang semakin terhubung global. Memasukkan kebudayaan lokal dalam kurikulum menciptakan lingkungan inklusif yang mengakui dan menghargai keberagaman budaya di antara peserta didik. Kebudayaan lokal seringkali menjadi sumber inspirasi untuk kreativitas dan inovasi. Memahami dan menerapkan unsur-unsur budaya dalam pembelajaran dapat merangsang kreativitas peserta didik. Dengan mengakui pentingnya pendidikan IPS dan peran kebudayaan lokal, kita dapat membentuk pendidikan yang lebih holistik, mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang sadar, terlibat, dan berkontribusi secara positif.

Dalam menguatkan fondasi pendidikan yang sesuai dengan semangat perubahan dan pemberdayaan, Kurikulum Merdeka mengadopsi prinsip-prinsip progresif yang selaras dengan pandangan John Dewey. Filosofi kebebasan dan pemberdayaan dalam Kurikulum Merdeka sejalan dengan pandangan Dewey, seorang filsuf pendidikan terkemuka abad ke-20 yang memandang pendidikan sebagai suatu proses dinamis yang mengacu pada kehidupan sehari-hari. Menurut Dewey, pendidikan bukanlah sekadar penyampaian informasi, melainkan suatu perjalanan pengalaman yang terintegrasi dengan kehidupan sosial. Pemikiran ini tercermin dalam pendekatan Kurikulum Merdeka terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam konteks ini, IPS bukan hanya menjadi sumber pengetahuan faktual, tetapi menjadi wahana pengalaman langsung yang mendalam.

Dewey menekankan pentingnya pengalaman dalam pembelajaran, dan Kurikulum Merdeka mengambil inspirasi dari gagasan ini. Mata pelajaran IPS diarahkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, mengaitkan konsep akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya memahami secara teoritis, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi kehidupan nyata.

Pentingnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti yang dianjurkan oleh Dewey, juga tercermin dalam pemberdayaan peserta didik dalam Kurikulum Merdeka. Peserta didik didorong untuk menjadi pemikir kritis dan agen perubahan di masyarakat. Mereka diajak untuk terlibat aktif dalam eksplorasi, analisis, dan refleksi atas realitas sosial. Sebagai sebuah pandangan tentang pendidikan sebagai sarana untuk membangun karakter dan warga negara yang aktif, Kurikulum Merdeka dan IPS menciptakan landasan untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki keterampilan sosial dan moral yang kuat. Dengan memasukkan unsur kebudayaan lokal, pendekatan ini juga menggambarkan pendekatan holistik terhadap pendidikan, sesuai dengan visi Dewey tentang pembelajaran yang mengintegrasikan pengalaman dan memberdayakan peserta didik untuk menjalani kehidupan mereka secara penuh dan bermakna.

Adapun strategi pembelajaran IPS dalam Kurikulum Merdeka Belajar harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

  1. Strategi pembelajaran IPS harus mengajak peserta didik untuk terlibat dalam proyek-proyek pembelajaran yang berorientasi pada proses, hasil dan produk. Proyek-proyek pembelajaran ini harus memiliki tujuan yang jelas, relevan, dan bermakna bagi peserta didik. Proyek-proyek pembelajaran ini juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi, menyelidiki, dan menyelesaikan masalah sosial yang ada di lingkungan mereka, baik lokal, nasional, maupun global. Proyek-proyek pembelajaran ini juga harus mengembangkan keterampilan abad 21 peserta didik, seperti literasi informasi, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
  2. Strategi pembelajaran IPS harus mengintegrasikan materi IPS dengan konteks lokal, nasional, dan global. Konteks lokal dapat berupa kebudayaan, sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sosial yang ada di lingkungan peserta didik. Konteks nasional dapat berupa isu-isu yang berkaitan dengan identitas, kewarganegaraan, dan kebangsaan Indonesia. Konteks global dapat berupa isu-isu yang berkaitan dengan keterkaitan dan ketergantungan antara negara-negara di dunia. Konteks-konteks ini harus dapat memperkaya pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi peserta didik terhadap kebinekaan global, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab dan partisipasi peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat.
  3. Strategi pembelajaran IPS harus mengajak peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan reflektif dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran IPS harus mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, mencari informasi, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan menyajikan hasil pembelajaran mereka. Strategi pembelajaran IPS juga harus memberikan umpan balik dan evaluasi yang konstruktif dan formatif kepada peserta didik, serta mengakomodasi kebutuhan dan minat peserta didik yang berbeda-beda.

Beberapa contoh penerapan strategi pembelajaran IPS dalam Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah dasar, menengah, dan atas.

  1. Sekolah Dasar. Di sekolah dasar, IPS diajarkan dengan nama IPAS, yaitu penggabungan antara IPA dan IPS. IPAS dimulai dari kelas III dan bertujuan untuk menguatkan kesadaran peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, baik dari aspek alam maupun sosial. IPAS juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar peserta didik, seperti membaca, menulis, berhitung, dan berbicara. Contoh penerapan strategi pembelajaran IPAS dalam Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebagai berikut:
  1. Membuat peta lingkungan sekitar sekolah. peserta didik diminta untuk mengamati, menggambarkan, dan menyajikan peta lingkungan sekitar sekolah mereka, yang mencakup aspek alam dan sosial, seperti jalan, sungai, rumah, toko, masjid, sekolah, dan lain-lain. peserta didik juga diminta untuk menuliskan nama-nama tempat tersebut dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah mereka. Peserta didik juga diminta untuk menuliskan beberapa informasi tentang tempat-tempat tersebut, seperti fungsi, sejarah, keunikan, dan masalah yang ada. Peserta didik dapat bekerja secara individu atau kelompok, dan menggunakan media yang sesuai, seperti kertas, kardus, komputer, atau aplikasi peta digital.
  2. Peserta didik dapat mengenal dan menghargai lingkungan sekitar sekolah mereka, yang merupakan bagian dari kebudayaan lokal mereka. peserta didik juga dapat belajar tentang bahasa daerah mereka, yang merupakan salah satu aspek kebinekaan global. peserta didik juga dapat mengetahui dan memecahkan masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan mereka, seperti kemacetan, banjir, sampah, dan lain-lain.
  3. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan tentang lingkungan sekitar sekolah mereka, seperti apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana. Peserta didik dapat mencari informasi dari berbagai sumber, seperti guru, orang tua, tetangga, buku, internet, dan lain-lain. peserta didik dapat menganalisis data yang mereka kumpulkan, dan membuat kesimpulan tentang lingkungan sekitar sekolah mereka. peserta didik dapat menyajikan hasil pembelajaran mereka dalam bentuk peta, laporan, poster, presentasi, atau media lainnya. peserta didik dapat mendapatkan umpan balik dan evaluasi dari guru, teman, dan orang lain yang terlibat dalam proses pembelajaran.
  1. Tingkat SMP

Strategi pembelajaran IPS tingkat SMP dalam Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebagai berikut:

  1. Membuat video dokumenter tentang kebudayaan lokal. Peserta didik diminta untuk memilih salah satu kebudayaan lokal yang ada di daerah mereka, seperti tari, musik, seni, adat, bahasa, atau lainnya. peserta didik harus melakukan riset tentang latar belakang, ciri khas, makna, dan tantangan yang dihadapi oleh kebudayaan tersebut. Peserta didik juga dapat melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait dengan kebudayaan tersebut, seperti seniman, budayawan, tokoh masyarakat, atau lainnya. peserta didik harus merekam dan mengedit video dokumenter yang menampilkan kebudayaan tersebut dengan cara yang menarik dan informatif. Peserta didik dapat bekerja secara individu atau kelompok, dan menggunakan peralatan yang tersedia, seperti kamera, laptop, atau aplikasi video editor.
  2. Peserta didik dapat mengenal dan menghargai kebudayaan lokal yang ada di daerah mereka, yang merupakan bagian dari kebinekaan global. Peserta didik juga dapat belajar tentang sejarah, nilai, dan peran kebudayaan tersebut dalam kehidupan masyarakat. Mereka juga dapat menyadari dan mengatasi masalah-masalah yang mengancam kelestarian kebudayaan tersebut, seperti modernisasi, globalisasi, atau asimilasi. Peserta didik juga dapat berbagi dan mempromosikan kebudayaan tersebut kepada orang lain, baik di dalam maupun di luar sekolah.
  1. Tingkat SMA

Strategi pembelajaran IPS di tingkat SMA kelas 10 dalam Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebagai berikut:

  1. Membuat esai tentang isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan peserta didik. Peserta didik diminta untuk memilih salah satu isu sosial yang menarik minat mereka, seperti lingkungan, kesehatan, pendidikan, politik, ekonomi, budaya, atau lainnya. Peserta didik harus melakukan riset tentang latar belakang, penyebab, dampak, dan solusi dari isu tersebut. Peserta didik juga dapat menyertakan pendapat, argumen, dan saran mereka sendiri tentang isu tersebut. Mereka menulis esai yang bersifat analitis, kritis, dan kreatif, dengan menggunakan berbagai referensi terindeks dan terbaru yang mereka temukan melalui pencarian web. peserta didik dapat bekerja secara individu atau kelompok, dan menggunakan media yang sesuai, seperti laptop, tablet, atau smartphone.
  2. Peserta didik dapat mengenal dan memahami isu-isu sosial yang ada di Indonesia dan dunia, yang berkaitan dengan kehidupan mereka sebagai warga negara dan manusia. Peserta didik juga dapat belajar tentang berbagai perspektif, teori, dan konsep yang dapat digunakan untuk menganalisis isu-isu tersebut. Mereka juga dapat menyadari dan mengembangkan sikap, nilai, dan etika yang sesuai dengan Pancasila dan kemanusiaan. Peserta didik juga dapat berkontribusi dan berpartisipasi dalam menyelesaikan isu-isu tersebut melalui esai mereka.

Sejak awal, tulisan ini ingin menggambarkan pentingnya implementasi strategis mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam Kerangka Kurikulum Merdeka sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kebudayaan lokal. Dengan mengusung filosofi kemandirian dan pemberdayaan, integrasi IPS dalam Kurikulum Merdeka dapat menjadi langkah strategis dalam membentuk pendidikan yang kontekstual, relevan, dan berorientasi pada kebudayaan lokal. Strategi implementasi yang dapat dilakukan mencakup integrasi tematik, proyek berbasis kebudayaan, kolaborasi dengan komunitas, pemanfaatan teknologi, penggunaan sumber daya lokal, dan pelibatan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Dalam konteks ini, tulisan ini memberikan kontribusi pada literatur pendidikan dengan memberikan wawasan mendalam tentang strategi yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap kebudayaan lokal. Implikasi praktis dari temuan ini melibatkan perancangan kurikulum yang lebih kreatif, melibatkan komunitas lokal, dan memanfaatkan teknologi dengan bijak. Tulisan ini memberikan dasar bagi pengembangan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan berorientasi pada kebudayaan lokal di masa mendatang. Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi para pengambil kebijakan, pendidik, dan praktisi pendidikan untuk terus memperkaya pendekatan pembelajaran, memberdayakan peserta didik, dan memelihara keberagaman budaya dalam sistem pendidikan.

Praktik pembelajaran dapat disempurnakan dengan menerapkan strategi-strategi inovatif yang telah diidentifikasi, menciptakan ruang bagi peserta didik untuk merasakan kedalaman kebudayaan lokal mereka. Pengambil kebijakan pendidikan diharapkan dapat merespons tulisan ini dengan merancang kebijakan yang mendukung dan memfasilitasi implementasi IPS secara menyeluruh dalam Kurikulum Merdeka. Namun, tulisan ini juga membuka ruang untuk refleksi terhadap tantangan dan peluang di masa mendatang. Salah satu tantangan utama adalah penyesuaian strategi implementasi dengan realitas heterogen di berbagai wilayah dan sekolah. Hal ini membutuhkan kajian lebih lanjut yang dapat menyelami dinamika lokal, memahami keunikan budaya, dan merancang strategi yang dapat disesuaikan. Di sisi lain, peluangnya melibatkan pengembangan model pembelajaran yang dapat diadopsi secara luas. Pembelajaran terkini menawarkan potensi besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan terkini, dengan teknologi sebagai sarana yang penting. Peluang ini dapat diperluas dengan melibatkan komunitas lokal sebagai mitra pembelajaran yang integral. Penting untuk menegaskan bahwa kebudayaan lokal bukan hanya tambahan atau aksesori dalam kurikulum, melainkan fondasi yang mendalam dan bermakna bagi pendidikan.

Implementasi IPS yang mencerminkan pengakuan akan kekayaan budaya lokal sebagai sumber kearifan dan identitas perlu dijaga dan diperkuat. Kita menyadari bahwa proses pembelajaran adalah perjalanan yang tak berujung. Semoga tulisan ini menjadi titik awal untuk lebih mendalami strategi implementasi IPS dan menggali potensi penuh kebudayaan lokal dalam proses pendidikan.

<