Oleh : Sunarji Harahap, M.M
SMA Unggulan AL Azhar Medan
Digitalisasi telah mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Pendidikan bergeser, ilmu pengetahuan ada di mana-mana, sistem pembelajaran menjadi dua arah, pendidik berperan sebagai pendamping dan pembimbing bagi siswa. Implikasinya adalah peserta didik jadi lebih mandiri, kritis, kreatif, dan solutif. Perlu adanya perubahan mind set dari para pendidik: guru, dan dosen dalam melaksanakan pembelajaran. Mengubah cara-cara lama yang tidak menjadikan teknologi internet dan digital sebagai sumber dan sekaligus sarana pembelajaran menjadi adaptif dan familiar dengan teknologi digital. Tentu saja penyesuaian membutuhkan kemauan untuk belajar dan mencoba. Mungkin sangat banyak guru yang dahulu tidak pernah bersentuhan dengan teknologi di bidang pembelajaran, maka sekarang saatnya untuk menyesuaikan diri.
Transformasi digital dalam pendidikan telah membawa perubahan revolusioner dalam pendidikan, mengubah cara kita belajar dan mengajar menjadi lebih interaktif, efesiensi, dinamis dan terbuka bagi akses global. Guru akan mendapatkan banyak manfaat dengan menggunakan teknologi untuk merancang pengalaman pembelajaran yang lebih menarik dan relevan. Selain itu, transformasi digital memungkinkan penggunaan analisis data untuk mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dalam menyelaraskan kurikulum dengan perkembangan teknologi terkini.
Tidak dapat dihindari bahwa dinamika kehidupan budaya berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini memengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan, yang dimaksudkan untuk menghasilkan generasi masa depan yang memiliki kemampuan dan kepribadian yang sesuai dengan kemajuan dunia di era revolusi industri 4.0, atau masyarakat 5.0, sambil mempertahankan nilai-nilai budaya yang luhur. Oleh karena itu, proses pendidikan harus difokuskan pada pengembangan potensi peserta didik sebagai individu yang memiliki ciri khas yang berbeda.
Oleh karena itu, tanggung jawab pendidik adalah membantu siswa memahami materi ajar dan menguasai keterampilan yang diharapkan. Selain itu, seorang pendidik harus menyadari pengetahuan awal dan keterampilan siswa dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungannya agar dapat memaksimalkan potensinya.
Setiap siswa merupakan individu yang unik dan memiliki ciri khas yang berbeda pada tiap aspek baik itu kemampuan, minat, gaya belajar, latar belakang sosial- budaya dan kebutuhan khusus lainnya. Pada dasarnya keterampilan kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan dan mengaplikasikan ide atau gagasan baru antar siswa berbeda-beda. Oleh karena itu, pengakuan terhadap perbedaan perlu diakomodir oleh pendidik lewat penciptaan lingkungan belajar yang mampu mengakomodasi seluruh karakteristik siswa yang beragam pilihan rasional yang dibuat guru untuk memenuhi kebutuhan peserta didik berdasarkan tujuan pembelajaran, respon guru terhadap kebutuhan. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang dapat mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik yang beragam yang memuat 4 aspek utama yang harus ditampilkan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas yakni (1) Konten, yaitu segala sesuatu yang diajarkan kepada peserta didik. Strategi pembelajaran ini diaplikasikan dengan memetakan kebutuhan belajar peserta didik dan menggunakan pengelompokan berdasarkan kesiapan, kemampuan, dan minat peserta didik. (2). Proses, mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Kegiatan yang bermakna bagi peserta sebagai pengalaman belajar di kelas. Aktivitas bermakna siswa di kelas juga dikelompokan berdasarkan kesiapan, minat, dan profil (gaya) belajarnya. (3) Produk, diferensiasi produk mencerminkan pemahaman peserta didik tentang tujuan pembelajaran yang diharapkan melalui karya atau kinerja yang disajikan kepada guru dalam bentuk esai, artikel, presentasi, transkrip audio, video, diagram, dan dan lain-lain. (4) Lingkungan Belajar, meliputi pribadi, sosial, dan struktur fisik kelas. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan siswa untuk belajar, minat, dan profil belajar agar mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar (Wahyuningsari Desy et al. 2022).
Ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran berdiferensiasi yaitu lingkungan belajar yang nyaman dan aman, kurikulum dengan tujuan pembelajaran yang jelas, asesmen yang berkelanjutan, mengakomodir seluruh kebutuhan belajar siswa, dan manajemen kelas yang efektif. Menurut (Wulandari et al. 2019) Pembelajaran berdiferensiasi akan lebih bermakna apabila menggunakan model pembelajaran yang bersifat kontruktifisme yang salah satunya adalah model pembelajaran Projec Based Learning (PjBL), suatu model pembelajaran yang merangkum sejumlah ide-ide pembelajaran, yang didukung oleh teori-teori komprehensif yang melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan serta mengacu pada filosofis konstruktivistik yaitu pengetahuan merupakan hasil konstruksi kognitif melalui suatu aktivitas siswa yang meliputi keterampilan maupun sikap ilmiah sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan bermakna melalui pengalaman yang nyata. Menurut Hamidah and Citra (2021) “Pembelajaran yang menggunakan model PjBL akan meningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa pada pembelajaran. Model PjBL memiliki enam komponen, yaitu (1) penentuan pertanyaan mendasar, (2) mendesain proyek, (3) menyusun jadwal, (4) memonitoring kemajuan proyek, (5) menyajikan hasil dan (6) evaluasi. Model PjBL lebih mengarahkan peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan guru akan menjadi fasilitator. Sebagai fasilitator, guru lebih cenderung pada persiapan awal sebelum pembelajaran seperti media, perangkat pembelajaran dan hal lain yang diperlukan dalam pembelajaran agar pembelajaran bisa efektif dan tepat sasaran”.
Kurikulum merdeka hadir dengan berbagai kebaruan konsep yang mengarah pada kepentingan peserta didik. Hal ini menjawab kegelisahan guru terhadap pengembangan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Pembelajaran seperti ini diyakini dapat mendukung student well-being di dalam kelas. Salah satu upaya mengembangkan student wellbeing melalui pembelajaran berdiferensiasi digital. Pembelajaran berdiferensiasi terbukti mampu menghasilkan prestasi belajar yang optimal bagi para peserta didik yang berkebutuhan khusus, maupun yang memiliki keterbatasan penggunaan bahasa, tetapi pembelajaran berdiferensiasi belum dilaksanakan secara masif di Indonesia karena keterbatasan sumber belajar tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan kultur Indonesia. Pembelajaran ini kemudian diadopsi dan diperluas untuk berbagai jenis karakteristik peserta didik melalui implementasi kurikulum merdeka.
Mengintegrasikan teknologi informasi, perangkat lunak pendidikan yang interaktif dan kelas konvensional merupakan jalan untuk memperkaya proses pembelajaran. Kemendikbudristek dalam publikasinya juga menyatakan bahwa digitalisasi sekolah akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kembali pada tujuan kita untuk menciptakan SDM, digitalisasi pendidikan menjadi cara yang paling mendasar untuk memperkenalkan peserta didik. Hal itu bisa kita lakukan dengan mengenalkan dan menggunakan alat-alat dan/atau aplikasi yang memang ditujukan untuk pendidikan yang komunikatif dan kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Personalisasi pembelajaran menjadi penting untuk memaksimalkan potensi peserta didik, karena membebaskan siswa dari paradigma pengajaran lama yang begitu membatasi potensi dan kreativitas mereka. Digitalisasi pembelajaran juga akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan ketersediaan sumber belajar yang melimpah serta aplikasi metode dan media pembelajaran yang banyak dikembangkan dengan teknologi digital, maka proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan tentu saja akan lebih menarik. Kemendikbudristek telah membuat beberapa platform pendidikan, misalnya platform merdeka mengajar yang bertujuan untuk membantu guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka serta menjadi wadah bagi guru dalam proses pembelajaran (saling berbagi untuk mendapatkan konten pembelajaran atau praktik baik yang telah dilakukan).
Penggunaan Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran saat ini menjadi angin segar bagi sistem pendidikan di Indonesia. Merdeka belajar menjadi harapan baru untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebuah transformasi perubahan besar yang dirasakan adalah siswa bisa lebih merdeka dalam belajar. Siswa tidak dibebani banyak pelajaran, melainkan hanya fokus pada materi yang esensial saja. kompetensi yang dimiliki sekaligus mengembangkan karakter Profil Pelajar Pancasila. Metode pembelajaran juga lebih aktif dan konkret sebab berbasis pada proyek. Pembelajaran berbasis proyek ini nantinya akan mencetak lulusan yang kritis dan inovatif. Guru lebih fleksibel dalam menentukan perangkat pembelajaran. Merdeka Belajar juga memberikan kesempatan orangtua untuk lebih aktif terlibat dalam pendidikan anak-anaknya, menjadi patner guru dalam menfasilitasi anaknya belajar. Selain itu Merdeka Belajar juga sesuai dengan tuntutan global. Tuntutan ini yang menjadi tolok ukur pendidikan yang dilihat dari kemampuan literasi dan numerasi siswa. Dua hal ini merupakan materi esensial dari Merdeka Belajar.
Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam digitalisasi Kurikulum Merdeka antara lain:
- Memanfaatkan platform pembelajaran digital: Guru dapat menggunakan berbagai platform pembelajaran digital seperti Learning Management Systems (LMS), aplikasi mobile, atau website pembelajaran untuk memberikan materi pembelajaran, tugas, dan kuis kepada siswa.
- Penggunaan multimedia: Guru dapat memanfaatkan multimedia seperti video, audio, dan gambar untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dengan lebih menarik dan jelas.
- Pembelajaran berbasis proyek: Siswa dapat melakukan proyek-proyek pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi seperti pembuatan video, animasi, atau presentasi digital untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran.
- Kolaborasi online: Siswa dapat berkolaborasi dengan sesama siswa atau bahkan dengan siswa dari sekolah lain melalui platform untuk melakukan diskusi, proyek bersama, atau berbagi pengetahuan.
- Pembelajaran adaptif: Dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan, pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa secara otomatis.
Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan Project Based Learning, guru bisa mengenali kebutuhan para siswa yang berbeda-beda, kemudian merancang metode ajar yang paling efektif bagi mereka. Adanya pembelajaran berdiferensiasi juga membantu guru mengatasi kesenjangan belajar serta memberikan dukungan yang tepat kepada setiap siswa agar dapat mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya.
Referensi:
Hamidah, Isrohani, and Sinta Yulia Citra. 2021. “Efektivitas Model Pembelajaran Project Based. Learning (PjBL) Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Siswa.” BIOEDUSAINS:Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains 4(2): 307–14
Wahyuningsari Desy et al. 2022. “Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Rangka Mewujudkan Merdeka Belajar.” Jurnal Jendela Pendidikan Volume 2 No. 04. https://www.ejournal. jendelaedukasi.id/index.php/JJP (April 1, 2023).
Wulandari, Ade Sintia, Nyoman Suardana, N L Pande, and Latria Devi. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kreativitas Siswa SMP Pada Pembelajaran IPA.”